POTONGAN 1
Memasuki Dunia Baru
Minggu pertama pada bulan Agustus. Hari bersejarah yang mengubah jalan hidupku, tidak pernah terlintas dibenakku bahwa keajaiban seperti ini akan terjadi atasku. Hasil seleksi Nasional penerimaan mahasiswa baru PTN (Perguruan Tinggi Negeri) diumumkan serentak secara Nasional, baik pada website universitas, portal berita online, maupun surat kabar harian lokal dan Nasional, semua media massa bersaing ingin jadi yang terdepan menyuarakan berita terhangat itu. Bahkan ayam jago pun belum sempat bertengger di singgasana-nya menyuarakan pagi, sementara tukang koran telah hilir-mudik menembus pekat nya dini hari yang dingin mengendarai sepeda yang penuh sesak memanggul surat kabar.
“Koran.. Koran.. Pengumuman PTN” teriakan tukang koran begitu riuh melewati jalan perumahan yang lengang.
Aku adalah seorang yang hanya memikirkan harus bagaimana hari ini, sedangkan hari esok tidak pernah aku pusingkan, biarlah menjadi misteri. Meski begitu, terkadang dalam banyak hal aku menyukai kesempurnaan dan merasa bahagia jika semua berjalan sesuai keinginanku, kadang ketidaksempurnaan bisa membuatku putus asa, seperti halnya ketika aku mengikuti ujian penerimaan mahasiswa baru. Aku pikir tidak akan diterima karena banyak soal yang tidak mampu kupecahkan, sehingga membuatku menjadi tidak peduli dan tidak ingin tahu isi pengumuman pagi itu.
Bertubi-tubi pesan masuk ke ponsel ku menanyakan apakah aku lulus PTN atau tidak, sementara aku masih lelap dibalik selimut. Pukul 03.00 WIB akhirnya aku terjaga karena ponsel di samping bantal tak henti-hentinya bergetar. Setengah sadar kuraih ponsel dan mematikan alarm, lalu kupilih salah satu pesan yang terakhir masuk, dari seorang teman sekelas di SMA, kubaca sekilas.
“Selamat ya, lu diterima di UGM” bunyi pesan singkat tersebut. Mataku terbelalak, seakan tak percaya, aku melumpat dari tempat tidur, segera menuju pintu samping yang masih terkunci, bergegas membeli koran untuk memastikan. Kegaduhan akibat ulahku yang akhirnya juga turut membangunkan ibu.
“Sudah beli koran, kak?” Sapa ibu. “Ini baru beli, bu. Aku kesiangan.” Seakan penasaran, ibu duduk disebelahku ikut membaca nama-nama yang tertera. Dan, ya, ada namaku di daftar tersebut. Pandanganku kabur, mataku berkaca-kaca lalu basah seketika. Ibu menepuk bahuku berusaha tegar menahan haru dan bahagia yang bercampur aduk.
Satu minggu sejak pengumuman penerimaan mahasiswa baru digemakan di seluruh Nusantara. Aku pergi merantau meninggalkan kota kelahiranku. Jauh melabuhkan mimpiku ke kota lain di pulau seberang. Awalnya ini impian bapak yang di amanatkan kepadaku, karena sejujurnya aku tidak punya keberanian untuk berharap, sebab aku sadar akan kemampuanku, bahkan usahaku tidak sebanding jika aku memimpikan menjadi bagian dari PTN terbaik di negeri ini, tapi ternyata rencana Tuhan selalu indah, tidak pernah terlalu cepat atau terlalu lambat, melainkan tepat pada waktunya bahkan kita tidak akan pernah bisa mengingkari apa yang telah digariskan untuk masa depan kita.
***
Flashback
“Kamu serius nggak ikut UM (Ujian Masuk) UGM?” Tanya seorang guru les padaku. Ketika masih duduk di bangku kelas 3 SMA, aku sempat mengikuti bimbingan belajar untuk menghadapi UN (Ujian Nasional) di salah satu lembaga bimbel ternama di kota ku.
“Iya Pak” jawabku mantap.
“Kamu tahu kalau porsi untuk pelajar dari luar daerah itu sangat kecil? 75% itu adalah peserta UM, sisanya 25% dari seleksi nasional, seperti berusaha masuk lewat lubang jarum kalau tidak ikut UM” jelasnya panjang lebar sementara aku hanya terdiam.