Hany dan Alfi bukanlah dua orang yang memiliki hubungan baik. Bahkan walau sudah saling kenal sejak SD, keduanya sama-sama meminimalisir untuk melakukan interaksi sekecil apapun agar tidak mengganggu orang lain dengan keributan yang mereka sebabkan.
"Nih."
Tapi hari ini Hany dibuat bingung dengan Alfi yang mendadak ingin menyerahkan sesuatu padanya. Kenapa cowok ini baru masuk ke kelas langsung mendekatinya dan melakukan sesuatu yang sangat tidak biasa?
Alfi berdecak kesal, "Apa? Gue dipaksa lham untuk menyerahkan ini tahu."
Berhubung nama Ilham dibawa-bawa, Hany langsung mengambil barang yang Alfi berikan tanpa memberi komentar. Apa yang diberikan berupa sebuah foto yang diletakkan di plastik transparan, foto yang menunjukkan dirinya bersama dengan Ilham saat masih SD.
Mata Hany berbinar senang. Dia sama sekali tidak memiliki foto Ilham lagi karena sudah dibakar semuanya, sungguh mengejutkan Alfi mau memberikan barang seberharga ini untuknya.
"Makasih banyak, Fi. Gue cinta sama lo," ujar Hany yang secara refleks memeluk Alfi.
Tidak suka dengan yang dilakukan Hany, Alfi secara paksa mencoba melepaskan pelukan yang diterimanya, "Gue nggak. Dan gue terpaksa kasih ini atas perintah Ilham tahu."
Ilham ternyata masih memiliki semacam kuasa untuk membuat Alfi menurut ya? Situasi yang membuat nostalgia, "Ini pertama kalinya gue bersyukur bisa jadi teman lo."
Hany memandang ke arah foto yang menunjukkan sosok anak kecil laki-laki dan perempuan yang sedang duduk bersama di sebuah sofa. Sofa yang berada di rumah Alfi, yang memotret juga merupakan ibunya Alfi. Hany masih mengingatnya dengan sangat jelas.
Jari Alfi menunjuk sosok perempuan dalam foto, "Gue juga senang dapat melihat ini lagi."
Hany menginjak kaki Alfi dengan kesal. Dia dalam foto masih memiliki tubuh gemuk, dan Hany paling tidak suka kalau Alfi terus membahasnya.
"Aw! Lo nggak tahu terima kasih apa?" Alfi mundur dua langkah, antisipasi agar kakinya tidak jadi sasaran Hany lagi. Tapi tangannya dengan cepat merebut kembali foto dari tangan Hany, "padahal gue juga kasih bonus."
"Hei!" Hany ingin merebut foto itu lagi. Tapi melihat Alfi mengeluarkan foto lain yang berada di balik foto pertama, Hany mengurungkan niatnya.
Alfi menunjukkan foto Ilham yang kali ini sedang sendirian, "Si cowok jahil."
Tawa Hany pecah, merasa sangat terhibur hanya dengan melihat foto Ilham ketika masih kecil. Terlihat lucu sekali, wajahnya yang dulu masih punya kesan manis sangat tidak cocok dengan sifat jahil yang dimiliki Ilham.
Mengenang masa lalu memang sangatlah menyenangkan, Alfi juga ikut tertawa, "Ternyata Ilham dulu sangat ekspresif ya?"