Senin besok akan menjadi hari pertama Hany mengikuti upacara bendera di sekolah. Seharusnya menjadi yang ke dua, tapi gara-gara Arka membuatnya datang terlambat, Hany baru bisa merasakan sensasi mengikuti upacara bendera Senin nanti.
Dan lagi kelasnya yang kebagian menjadi petugas upacara. Masih ada yang lebih spesial lagi, Arka mengajukan dirinya sendiri untuk menjadi komandan upacara.
Satu kelas tentu saja terkejut. Tapi berhubung ini Arka, tidak ada satu pun yang berani menghalangi. Bahkan guru yang menjadi wali kelas mereka langsung setuju saja, kata Beliau mungkin saja ini jadi bisa mengubah sikap Arka.
"Apa Arka benar-benar bisa melakukannya?" tanya Hany yang benar-benar merasa ragu, dia tidak kebagian tugas berat apapun. Hanya sebagai pelengkap, yaitu paduan suara. Jadi ketika mau memulai latihan upacara, tidak ada yang bisa Hany lakukan selain melihat dari pinggir lapangan.
Feli yang sedang berdiri di samping Hany terlihat begitu gelisah, "Ini bahkan pertama kalinya Arka mau ikuti latihan upacara. Gue harap dia nggak mengacaukannya."
Dari yang tidak pernah ikut latihan upacara, mendadak ingin menjadi komandan upacara. Sebenarnya apa coba niat Arka?
"Teman-teman basketnya aja sampai kelihatan kaget. Ah, ada satu yang sepertinya terlihat biasa aja," Feli menunjuk bagian lapangan yang sedang digunakan untuk latihan ekskul klub basket.
Sekitar ada delapan orang di sana, dan memang hanya ada satu yang tidak terlihat terkejut saat Arka berada di lapangan untuk latihan upacara bendera, bukan untuk latihan basket. Mungkin orang itu sudah mengetahuinya? Atau sudah kebal dengan aksi mengejutkan yang bisa dilakukan Arka?
Hany tidak begitu peduli tentang itu. Sekarang dia jauh lebih merasa peduli dengan kelasnya yang harus ikut menanggung resiko jika nanti Arka melakukan kesalahan.
"Ah, Han, gue tinggal ya? Gue juga mau mulai ikut latihan."
Feli juga kebagian tugas upacara, posisinya adalah pengibar bendera. Sebenarnya Hany juga ditawari posisi yang sama karena wajahnya yang memang cantik, tapi Hany menolak dengan alasan tidak mau dibuat repot dulu di upacara bendera perdananya nanti.
Hany mengangguk, "Iya, semoga latihannya lancar."
Setelah Feli pergi menuju lapangan, Hany memperhatikan sekitarnya. Sebagian besar murid kelas 11 - IPA2 seharusnya berada di sini untuk ikut latihan, tapi hanya ada beberapa orang saja yang masih berada di sekolah.
Memang semua murid pasti sudah menghafal lagu Indonesia Raya, tapi setidaknya mereka merasa bertanggung jawab dan ikut melihat latihan upacara. Bukannya malah pulang sebelum salat Jumat dimulai.
Di hari Jumat sudah pasti jam pulang sekolah selesai lebih cepat dengan adanya salat Jumat, setelahnya latihan upacara dilakukan ketika selesai Jumatan. Terasa wajar ada yang memilih langsung pulang, walau wali kelas sempat menyuruh untuk ikut latihan semua.
Karena tugasnya terlalu sepele, jadi lebih banyak yang merasa tidak mau repot. Daripada panas-panassan di sekolah, lebih enak juga langsung pulang ke rumah.
Yah walau seandainya semua teman sekelasnya ada di sini, tidak terlalu berpengaruh juga untuk Hany. Karena yang baru benar-benar menjadi temannya baru Feli seorang.
Saat sedang asyik memperhatikan sekitarnya, pandangan Hany langsung berpindah dengan cepat saat melihat adanya sosok Nabila. Tapi untunglah yang bersangkutan sedang fokus memperhatikan Arka, jadi Hany tidak perlu berurusan dengannya.
Setelah matanya menjelajah beberapa saat, pandangan Hany terkunci pada seseorang yang dikenalnya. Sedikit ragu untuk langsung menegur karena takut mengganggu, pada akhirnya Hany tetap nekat berjalan mendekati orang itu, "Ilham!"