"Ngomong-ngomong, tadi gue denger sedikit obrolan lo dengan kakak lo."
Hany menatap Arka yang sekarang sedang duduk di hadapannya. Cowok ini sukses mengajaknya ke kantin karena Feli sedang ada urusan OSIS, "Terus?"
"Kakak lo kayaknya khawatir bangat. Gue jadi penasaran, apa pernah ada cowok yang mendekati lo dengan cara yang sangat berlebihan?"
Apa Arka sedang bertanya mengenai diri sendiri? Walau belum sampai tahap terlalu berlebihan, Hany sudah cukup merasa terganggu dengan pendekatan yang dilakukan Arka, "Bukan dalam konteks mendekati karena suka kok."
"Cowok yang deketin lo tentu aja karena mereka suka, Han. Pesona lo nggak bisa ditolak sih."
Dari zaman SMP sampai sekarang memang cowok yang mendekat pasti karena suka, tapi yang sebelum itu niat mendekat karena ingin menjahili atau meledek Hany saja, "Jika lo pengen bangat tahu tentang cowok yang dulu deketin gue, semuanya semacam Alfi. Mereka cuma buat gue jengkel doang."
Arka mengetukkan jemarinya di atas meja sambil menunjukkan ekspresi berpikir, "Alfi ya? Gue masih nggak ngerti kenapa dia panggil lo dengan julukan 'cewek gemuk'."
Meski masih jarang bertegur sapa, tapi satu kelas tahu cara tidak biasa yang dipakai Alfi ketika sedang berdebat dengan Hany. Body shaming yang tidak cocok dengan penampilan Hany sukses membuat semua penghuni kelas mengernyit bingung.
Dan anehnya Arka baru membahasnya sekarang, "Gue emang gemuk."
"Apanya yang gemuk? Lo cantik begini juga," protes Arka yang terlihat sama sekali tidak percaya.
Walau tak menyukai penampilan masa lalunya, Hany tidak pernah menyangkal fakta yang ada. Dia dulu memang pernah punya bobot tubuh yang berlebih, "Kalau nggak percaya, kenapa nggak tanya Ilham aja? Dia kan alim, mana mau repot-repot bohong dan nambah dosa hanya untuk gue kan?"
"Kenapa malah bawa-bawa Ilham sih?" dengan kesal Arka memainkan sedotan di gelas teh yang tadi dipesannya. Wajahnya merengut, menunjukkan ketidaksukaan yang sangat jelas.
Hany tersenyum puas. Arka kan membenci Ilham, mana mau dia menanyakan hal tidak penting pada orang yang dianggap saingan, "Karena gue suka dia."
"Move on, Han. Dia udah punya pacar."
Maunya juga move on, tapi Hany sudah terlanjur merasa nyaman bisa dekat dengan Ilham lagi, "Gue lebih berharap Ilham melakukan taaruf aja karena telah hijrah sejak masuk pesantren."
"Nggak alim tahu dia. Lo nggak tahu aja gimana tangannya sering cari kesempatan untuk nyentuh Ana."
Maunya menyangkal, tapi begitu ingat tentang kencan Ilham yang sempat diikutinya bersama Arka secara sembunyi-sembunyi, Hany dalam diam membenarkan ucapan Arka.
Arka menunjuk ponselnya yang berada di atas meja kantin, "Gue punya buktinya. Ada foto saat dia peluk Ana, gendong Ana, ngelus kepalanya berkali-kali, dan itu semua dilakukan sebelum mereka pacaran."