Setelah pindah rumah, ini pertama kalinya Hany membawa teman main ke rumah. Bukan Feli yang Hany ajak datang ke rumah, melainkan Ana.
Padahal Feli yang merupakan teman sekelas serta teman sebangkunya, tapi malah Ana yang justru Hany ajak datang ke rumah.
Karena status Ana yang merupakan pacar Ilham, Hany ingin membicarakan segala macam hal mengenai Ilham dengan Ana. Sampai Hany melupakan sesuatu yang sangat penting. Di rumahnya nama Ilham dilarang disebut.
Hany menatap Ana yang sekarang sudah berada di depan pintu rumahnya, "An, gue bisa minta tolong nggak sebelum kita masuk?"
"Minta apa?"
"Tolong jangan sebut nama Ilham di depan ortu gue ya? Jangan juga bilang lo pacar Ilham atau kita saling kenal karena Ilham. Pokoknya jangan. Ini demi kebaikan kita bersama. Bisa?"
Kenapa? Hany dapat membaca kata tanya itu tergambar jelas di raut wajah Ana, tapi Ana memilih mengangguk setuju dan tidak menanyakannya.
Padahal kalau ditanyakan, Hany mau memberi penjelasan. Penjelasan yang tidak membuat Ilham terlihat buruk di mata Ana.
Tanpa sadar Hany meringis pelan, dia mendadak mengkhawatirkan hubungan dua orang itu, "Baiklah, ayo masuk!"
Mereka pun masuk ke rumah Hany. Setelah berkenalan dengan ibu dan mengobrol sebentar, Ana akhirnya sekarang berada di dalam kamar Hany.
Gadis yang mengikat ponytail rambut panjangnya itu terlihat terpesona ketika sudah berada di dalam kamar. Melihat reaksi tidak biasa ini, Hany bingung, "Kenapa? Ada yang aneh?"
"Kamar Hany kelihatan girly bangat. Warna pinknya memberi kesan sangat manis. Ini yang dikatakan kamar mencerminkan sifat pemiliknya ya?"
Apa Ana tidak berlebihan? Yang berwarna pink di dalam kamar Hany cuma seprai tempat tidur saja. Cat temboknya normal berwarna putih, lemari pakaian dan meja belajar juga berwarna kayu biasa. Bahkan hanya ada dua boneka yang terlihat sejauh mata memandang. Boneka berbentuk strawberry yang ukurannya cukup besar untuk dipeluk menggunakan kedua tangan, dan boneka kelinci pemberian Arka.
Iya, karena salah mengira boneka itu dikasih Ilham, Hany sulit menyembunyikannya di dalam lemari.
Oke, abaikan boneka yang membuat perasaan Hany menjadi campur aduk, sekarang kembali fokus pada Ana, "Kamar gue biasa aja kok."
Ana berjalan ke arah tempat tidur kemudian duduk di sana, tangannya mengambil boneka strawberry untuk dipeluk, "Kamar gue bahkan nggak ada bonekanya."
Hany ikut duduk di atas tempat tidur, "Kenapa nggak minta Ilham membelikannya?"