Jika Arka ingin bicara dengan Ilham, satu-satunya kesempatan yang ada hanyalah saat hari Jumat. Dan lagi tidak pernah satu kali pun Arka mau mengajak Ilham bicara. Walau mau pun, pasti ada semacam niat ingin mengerjai.
Ana yang tahu Arka tidak pernah punya itikad baik pada Ilham bahkan menunjukkan gestur berhati-hati walau Arka belum mengatakan apapun.
Sungguh protektif. Dan apa tidak terbalik? Arka menghela napas sejenak melihat keanehan pasangan ini, "Il, emang dulu Hany gemuk?"
"Hany? Dia emang gemuk kok."
Mata Arka terasa berkedut. Kenapa tanggapan yang diberikan santai sekali? "Gue nggak percaya. Dia cantik kayak gitu, di mananya yang gemuk?"
Ilham mengangguk mengerti, "Gue juga nggak ngerti kenapa tubuhnya bisa jadi bagus gini."
Arka menaikkan salah satu alisnya, heran, Ilham yang alim ternyata memperhatikan tubuh cewek? "Jadi kenapa si Alfi panggil Hany dengan sebutan cewek gemuk?"
"Alfi masih panggil Hany dengan sebutan itu?" Ilham terlihat tidak terima, tapi saat melihat tatapan tajam Arka, dia lebih memilih menjawab, "um, Hany dulu gemuk. Badannya begitu berisi, pipinya juga tembem bangat sampai jadi korban kejahilan Alfi terus, dia dulu juga cengeng."
"Dia cantik begitu, Ilham. Meski emang nggak selangsing Ana, dia tetap punya tubuh yang bagus kok. Kalau pernah gemuk, pasti kelihatan dia punya bentuk tulang yang besar, tapi pergelangan tangannya cukup kecil kok."
Sungguh pemikiran ilmiah yang tidak dapat dibantah, Ilham mengangguk untuk menyetujuinya, "Iya, dia emang punya tubuh yang bagus. Hany bilang ingin berubah untuk jadi cewek yang pantas buat gue, mungkin dia udah berusaha keras."
Arka melotot, auranya terlihat semakin menyeramkan. Ilham dengan cepat memalingkan wajah ke arah lain, sadar sudah salah bicara.
Ana menghela napas melihat interaksi dua cowok yang duduk di sisi kanannya, "Hany pernah mengatakan itu sendiri kok, dan gue juga mendengarnya. Mungkin cewek kalau sedang jatuh cinta bisa melakukan apa aja."
Kali ini Arka beralih untuk menatap Ana, "Gue masih nggak ngerti."
"Cowok juga sama kan? Buktinya lo yang kepo bangat tentang Hany."
Arka menunjuk dirinya sendiri, "Gue?"
Ana mengangguk, "Lo suka Hany kan? Mustahil sampai mendatangi Ilham dan tanya macam-macam kalau nggak suka."
Suka dengan Hany? Arka hanya merasa penasaran saja. Dia tidak pernah menemui cewek membingungkan seperti Hany. Memang awalnya Arka mendekati Hany karena merasa penasaran bagaimana cewek itu bisa dekat dengan Ilham. Tapi karena sekarang Arka justru mau repot-repot bertanya pada Ilham, sepertinya dia sudah serius tertarik pada Hany.
Logikanya, Arka yang tidak suka dengan Ilham pasti malas mengajukan pertanyaan tanpa ada niat buruk. Tapi sekarang logika itu hilang, "Hmm... gue emang nggak pernah ngejar cewek seserius dan seniat ini sih. Gue rasa ucapan lo benar, jadi dukung gue ya?"
"Nggak mau," tolak Ana dan Ilham secara bersamaan.
Arka menunjukkan wajah cemberut, "Kenapa? Terutama Ilham, kasih tipsnya dong bagaimana cara menaklukkan hati Hany."