Memang Arka tidak tahu kejadian yang telah terjadi setelah pergi meninggalkan Nabila. Walau tidak tahu sekalipun, Hany tahu Arka masih ingin membahas mengenai insiden Nabila yang menyiramnya dengan air.
Jadi setelah jam istirahat berbunyi, Hany langsung kabur ke kelas perhotelan untuk mencari perlindungan dari Ilham.
Tapi bersama dengan Ilham tidaklah membuat permasalahannya selesai. Arka yang datang ke kantin setelah mereka menunjukkan aura permusuhan yang jauh lebih besar ketika bertemu pandang dengan Ilham.
Karena merasa sangat bersalah, Hany menatap Ilham dengan gugup, "Apa nggak apa-apa Arka marah sama lo?"
Sebenarnya Ilham juga tidak mau cari masalah dengan Arka, tapi selalu ada pengecualian di antara pengecualian, "Lo nggak perlu memikirkannya. Kalau dia masih ganggu, bilang aja."
Hany menghela napas, sebenarnya Arka tidak benar-benar mengganggu. Hanya saja sejak kejadian kemarin, dia merasa berat harus berduaan dengan Arka.
Lebih baik menghindar sementara. Dan satu-satunya alternatif yang Hany pikirkan untuk mengindari Arka adalah dengan bersama Ilham, "Tapi dia yang paling disegani dan ditakuti. Gue nggak mau lo sampai terlibat masalah dengannya. Jadi benar nggak masalah?"
"Arka ada di urutan ke dua, Han."
Hany menatap Alfi, cowok ini tadi memang dipaksa oleh Ilham duduk bersama mereka agar tidak terlalu menarik perhatian, "Bukan berarti lo atau Ilham yang ada di urutan pertama kan?"
Ilham tersenyum kecut karena tebakan Hany sangatlah tepat, "Maaf mengecewakan, tapi emang bukan."
"Il, lo ada masalah sama Arka?" seseorang tiba-tiba duduk di sebelah Ilham. Orang yang Hany ketahui bernama Naufal Putrawan, siswa paling bermasalah di sekolah.
"Oh, ini yang pertama," ujar Alfi yang sungguh tidak menyangka dengan kehadiran cowok yang baru datang ini.
"Dia Naufal Putrawan, biasa dipanggil Putra. Teman sekelas gue, dan berada di urutan pertama sebagai cowok yang paling bermasah di sekolah," karena tidak tahu Hany sudah pernah bertemu dengan Putra, Ilham melakukan perkenalan dengan cara tidak biasa.
Putra terlihat tidak terima sudah diperkenalkan dengan cara yang terlalu aneh, "Apa nggak bisa kenalin gue dengan cara yang biasa aja?"
Ilham tersenyum canggung, "Karena kita bertiga sebelumnya sedang bahas Arka, gue rasa itu perkenalan yang paling cocok buat lo."
Putra menghela napas dengan pasrah, "Oke, walau gue udah dateng ke sekolah tepat waktu, nggak cari masalah dengan ketua OSIS lagi, mengikuti pelajaran dengan serius, tapi semua guru plus murid di sekolah tetap menempatkan gue di atas Arka sebagai siswa yang paling bermasalah."
Siapa sih yang sebenarnya paling banyak membuat masalah? Arka atau Putra? Hany mendadak penasaran, "Gue sama sekali nggak ngerti."
Pandangan Putra mengarah ke Arka, ada semacam senyum meremehkan yang tergambar jelas di wajah tegasnya, "Dia nggak bakal gantiin posisi gue. Kalau lo ada masalah dengan dia, bilang aja, Il. Gue dengan senang hati akan meladeninya."
Bukannya baru saja Putra mengatakan tidak akan mencari masalah? Apa cuma ketua OSIS yang jadi pengecualian? Dan kenapa aura yang dipancarkan Putra sekarang terlihat seperti ingin bertarung?