Penata Hati

Fani Fujisaki
Chapter #2

2. Arka

Sebagai murid pindahan yang belum mengetahui banyak hal mengenai sekolah barunya, Hany sadar telah melakukan hal nekat. Tanpa peduli situasi dan kondisi, dia sudah meminta dijadikan pacar Ilham memakai cara yang tidak biasa, yaitu memaksa.

Mau bagaimana lagi? Hany terlanjur tidak terima mengetahui Ilham sudah memiliki pacar. Mana yang diakui sebagai pacar tidak secantik dirinya, dan ini juga pertama kali ada cowok yang tidak menunjukkan ketertarikan sedikit pun padanya.

Padahal di SMA lamanya ada begitu banyak cowok yang melakukan pendekatan karena ingin menjadi pacar Hany. Tapi Ilham yang justru mendapat pernyataan cinta dari Hany malah menolak mentah-mentah.

Memang ya kehidupan bagai roda yang berputar? Dulu Hany yang sering melakukan berbagai tindakan untuk menolak cowok yang berniat mendekatinya, sekarang malah Hany yang ditolak saat sudah mengatakan perasaannya dengan serius.

"Lo anak baru berani bangat nembak Ilham."

Kegalauan Hany yang sedang meratapi nasibnya langsung terganggu saat ada cowok yang mengajak bicara.

Sejak kapan cowok ini duduk di hadapannya? Apa Hany terlalu sibuk berpikir sampai tidak menyadari kedatangannya?

Oke, Hany memang kurang fokus, tapi cowok yang merupakan teman sekelas yang seingatnya dari absensi bernama Arka Nugraha ini apa tidak peka? Padahal Hany baru saja ditolak, tidak bisa apa melakukan pendekatan di hari esok saja? Kan kesal masih sakit hati malah diganggu oleh cowok asing, "Emang kenapa? Bukan urusan lo juga kan?"

"Penasaran aja, lo emang udah lama kenal Ilham?"

Karena tanggapan juteknya direspon dengan sebuah senyum hangat, Hany refleks melakukan penilaian singkat. Cowok ini ketika tersenyum terlihat punya dua lesung pipi yang menambah ketampanannya, punya kulit putih yang seakan orang indoor, tapi tubuhnya justru atletis seperti rajin berolahraga, dan yang terpenting ada image badboy yang tidak dapat diabaikan.

Bukannya Hany sok tahu memberi penilaian, masalahnya Arka memakai anting di telinga kiri, di balik jaket hitam yang dipakainya ada kemeja seragam yang dikeluarkan, bahkan dia memakai dasi untuk gaya-gayaan saja. Yang begini cocok dipandang sebagai siswa bermasalah kan?

Tapi tidak mau memusingkan penampilan cowok ini, Hany mencoba fokus pada pembicaraan yang dilakukan, "Kami dulu tetanggaan, satu sekolah juga. Tapi saat SMP Ilham masuk pesantren, jadi sekarang baru ketemu lagi."

"Hmmm... teman lama ya? Emang Ilham dulu kayak gimana sih?"

Mata Hany terasa berkedut mendengar nada penasaran yang digunakan oleh Arka. Ini bukan rasa tertarik pada lawan jenis yang biasa Hany dapatkan. Intonasi yang dipakai justru lebih terdengar seperti sedang menyelidiki, "Kenapa nanya?"

"Kepo."

Sebagai murid pindahan, seharusnya Hany yang lebih memiliki rasa ingin tahu yang tinggi kan? Kenapa dia sampai detik ini masih menarik perhatian? Apa ada hubungannya dengan aksi mengatakan suka pada Ilham yang tadi ia lakukan? Atau karena sedang diajak bicara oleh Arka? Entah yang mana alasannya, mungkin Hany bisa mendapat jawaban dari cowok ini, "Ilham dulu sering buat gue baper."

Arka mengangguk beberapa kali, "Lo benar-benar suka dia ya?"

"Sangatttt.... Dia tuh baik bangat, perhatian, selalu jadi orang pertama yang nolong saat gue mengalami masalah. Pokoknya Ilham beda bangat deh dengan cowok lain!"

Melihat senyum di wajah Arka menghilang secara sekilas, Hany tahu ada perubahan emosi yang terjadi. Tapi kenapa sangat mendadak dan hanya sekilas saja? Memang Hany mengatakan sesuatu yang salah? Dia kan cuma menjelaskan alasan kenapa bisa suka pada Ilham.

Lihat selengkapnya