Meski tahu ada teman masa kecilnya yang juga sekolah di Pelita, bahkan sekelas dengannya, Hany telah sukses mengabaikan cowok itu.
Bukan karena Hany sombong dan cuma mau peduli pada Ilham saja, masalahnya hubungan Hany dengan Alfi Hardian sangatlah buruk. Terlalu buruk sampai kerjaan mereka cuma berdebat tidak penting saat sudah terlibat pembicaraan.
Daripada harus berurusan dengan musuh bebuyutan, mending juga berpura-pura tidak kenal.
Tapi berhubung ucapan Ana kemarin sulit dipercaya, Hany rela datang langsung ke rumah Alfi yang berada di satu komplek dengan rumah barunya, "Ayo berangkat bareng."
"Lo udah dua hari cuekin gue, dan sekarang mendadak minta berangkat bareng? Kesambet setan apa lo?"
Tuh kan. Percuma Hany memulai percakapan dengan mengatakan kalimat yang tidak menyebabkan emosi karena malah Alfi yang justru membuatnya emosi, "Gue rela datang pagi-pagi gini ada maunya tahu! Jangan geer deh karena tadi gue ajak berangkat bareng."
Karena Hany berdiri tepat di depan motor yang sudah dinaikinya, Alfi jadi tidak bisa keluar dari pagar rumah, "Ya udah cepet katakan apa mau lo."
"Gue pengen tanya, siapa yang lebih pintar antara lo dan Arka?"
"Dia yang lebih pintar."
Serius? Hany membuka mulutnya beberapa centi, masih tidak percaya bercampur merasa syok. Dia sudah satu SMA dengan Alfi sebelum pindah sekolah, dan tahu Alfi selalu mendapat ranking satu walau pernah sekelas dengan seorang nerd sekalipun. Dan Alfi baru saja mengaku kalah pintar dari Arka?
Alfi berdecak kesal, terlihat tidak suka membahas topik pembicaraan ini, "Emang belum dua bulan sejak gue pindah sih, tapi dia pernah mengalahkan nilai ulangan gue."
Untuk urusan Alfi yang lebih cepat tujuh minggu menjadi murid baru di Pelita, Hany memang tahu karena ayah mereka satu kantor sampai sama-sama kena mutasi. Fakta tentang Arka saja yang masih sulit diterima, "Sulit dipercaya."
"Puas udah tahu gue kalah pintar dari badboy? Sekarang menyingkir deh, gue nggak mau telat," gerutu Alfi jengkel.
"Gue juga nggak mau telat. Sebagai sesama teman Ilham, gimana kalau sesekali bantu gue?" pinta Hany sambil memasang ekspresi sememelas mungkin. Wajah memohon yang sudah pasti tidak mempan pada Alfi, tapi Hany juga menyertakan kalimat yang mustahil ditolak.
Alfi mengumpat terlebih dahulu sebelum mengizinkan Hany naik ke boncengan motornya untuk berangkat bersama-sama. Hanya sekedar sampai sekolah bersama, mereka tidak mau ke kelas harus barengan juga.
Hany yang sudah terlebih dahulu sampai kelas kembali mendapati tempat duduknya ditempati orang lain. Kali ini Arka yang dengan santainya duduk di sana, "Ngapain lo di bangku gue?"
"Nungguin lo."
Dejavu. Dari tindakan sampai jawaban yang diberikan, Hany sudah mengalaminya kemarin dengan Ilham, "Nggak usah sok niru-niru Ilham deh."
Senyum di wajah Arka masih bertahan tanpa memedulikan ekspresi merengut Hany, "Gue nggak niru dia. Karena yang mau gue kasih nggak mungkin bangat lo dapatkan dari Ilham."
Bagaimana tidak meniru kalau ujung-ujungnya memberikan sesuatu juga? "Gue nggak mau."
Berhubung Hany tidak punya pilihan selain duduk di sampingnya, Arka langsung membuka ransel untuk mengeluarkan sesuatu, "Jadi murid pindahan di semester dua pasti nggak mudah kan? Ini semua latihan soal pelajaran di semester satu."
Melihat keberadaan sebuah blinder berwarna coklat diletakkan di meja di hadapan Hany, sulit mengabaikan setelah diberi tahu ini bagian dari pelajaran.
Setelah menimbang sejenak, Hany memutuskan untuk membuka blinder. Kertas yang berisi soal latihan yang sudah dikerjakan dan mendapat nilai sempurna adalah hal pertama yang terlihat.
Ini niatnya mau pamer atau bantuin sih? Menjengkelkan bangat melihat nilai yang Arka peroleh tidak pernah berada di bawah angka 90.
"Apa lo bisa pinjamkan buku catatan juga?" tanya Hany yang ingin sekalian mencari tahu mengenai cara belajar yang Arka pakai.
"Gue nyaris nggak pernah mencatat selama di kelas, jadi silahkan pinjam pada Feli aja."
Hany langsung menatap wajah Arka dengan syok. Kok bisa jarang mencatat di kelas justru mendapat nilai tinggi waktu diadakan ulangan? Apa cowok ini menyontek?