Mendapati Arka berada di depan pagar rumahnya menjadi hal yang sangat membuat Hany keheranan. Padahal kan dia sudah menolak waktu mau diantar pulang, lalu Arka juga pulang terlebih dahulu setelah menjadi stalker di kencan yang Ilham lakukan, lalu kenapa cowok ini bisa tahu rumahnya?
"Kok lo tahu gue tinggal di sini?" tanya Hany yang curiga telah menjadi sasaran stalker Arka juga.
Tanpa peduli dengan ekspresi yang Hany berikan, Arka tersenyum tanpa dosa, "Masa untuk urusan kecil kayak rumah calon pacar aja nggak tahu sih?"
Justru malah mengerikan jika tahu tanpa pernah diberitahu sekali pun. Hany tak habis pikir dengan sikap tidak masuk akal Arka yang bahkan sekarang sampai memakai motor matic gara-gara Hany menolak dibonceng motor ninja, "Dan lo benar-benar ganti motor?"
"Apa sih yang nggak buat lo?"
Sungguh nekat, persis seperti yang pernah Ana katakan, "Gue kan nggak serius nyuruhnya. Lo lebay bangat sih."
"Tenang aja, gue murid terkaya ke tiga di sekolah. Lo bisa ditraktir di kantin setiap hari atau minta dinner di restoran romantis setiap malam Minggu jika memintanya ke gue," ucap Arka sambil menunjuk dirinya sendiri dengan bangga.
Kening Hany berkedut mendengar nada pamer yang Arka gunakan. Kenapa dia dinilai sebagai cewek matre? Dia kan bukan tipe cewek murahan yang mudah dirayu dengan harta.
Sungguh menyebalkan sekarang Hany dihadapkan dengan cowok yang seratus persen berbeda dari mantan pacarnya yang bahkan sempat menyembunyikan latar belakang keluarga darinya.
Lagi-lagi Hany menyesal putus dari Boy jika tahu akan berurusan dengan cowok semacam Arka, "Gue bukan cewek matre kali, nggak usah sok pamer deh."
Arka mengangkat kedua bahunya seolah tidak peduli, "Iya, iya, yang jelas sekarang gue udah ganti motor nih sesuai permintaan, berarti bisa dong kita berangkat bareng?"
Inginnya Hany menolak, tapi berhubung Arka sudah terlanjur di sini dan waktu cukup mepet jika Hany memesan ojek online, sepertinya tidak masalah menerima tawaran ini, "Untuk kali ini aja gue mau."
Melihat Hany yang tanpa membuang waktu naik ke boncengan motor, Arka tersenyum puas, "Kalau begitu pegangan ya?"
Tanpa memberi sahutan, Hany dengan sengaja memindahkan ransel ke depan untuk memisahkan jarak di antara dirinya dan Arka.
Merasakan benda lain di punggungnya, Arka cemberut dan mulai menjalankan motor yang membuat tangan Hany mau untuk sekedar menarik jaket yang dipakainya.
"Cepetan dikit, Ka!"
Arka memang sengaja memakai kecepatan yang biasa saja, bahkan bisa dikategorikan lambat padahal sudah mau jam masuk sekolah.
Ada hal yang harus dihindari di hari Senin pagi. Arka tidak ingin membuat Hany mengetahui tentang sesuatu yang dianggap istimewa oleh semua murid Pelita yang terjadi di hari Senin saja.
Meski bersifat sementara, Arka ingin membuat Hany tidak dapat mengikuti semua sesi upacara bendera, "Ini bukan motor gue. Biasanya gue bawa motor ninja yang gampang dipake buat ngebut."
"Kan bukan cuma motor ninja doang yang bisa ngebut!" protes Hany sambil memukul punggung Arka dengan pelan. Dia takut terjadi kecelakaan jika dipukul terlalu kencang, meski sangat ingin.
"Masa~? Gue nggak pernah lihat ada orang yang ngebut-ngebutan pakai motor matic di jalanan."
Cowok ini! Hany mengusap wajahnya dengan gusar, "Kalau lo cuma mau berlama-lama sama gue, lakukan lain kali aja deh, jangan sekarang. Kita bisa telat tahu!"
Arka tertawa pelan, "Baik, Hany~ Gue bakal percepat lajunya, jangan dilepas ya pegangannya?"
Merasakan laju motor mulai bertambah cepat, Hany tersenyum puas, "Bagus. Kalau kita sampai sekolah tepat waktu, gue bakal turuti semua permintaan lo."
Tawaran yang terdengar sangat menggiurkan, tapi sejak awal Arka tidak berniat mengantar Hany ke sekolah tepat waktu. Mereka wajib terlambat, dan kalau perlu sekalian sampai sekolahnya setelah upacara bendera selesai.
Jadi saat di tengah jalan motor yang dikendarainya mendadak mogok, Arka tidak panik. Yang merasa panik hanyalah Hany seorang, "Kenapa motornya mogok sih di saat-saat penting begini?"
Hal yang merupakan sebuah keberuntungan adalah, motor mogok di dekat bengkel motor. So lucky, Arka membatin senang karena tidak perlu capek-capek menenteng motor, dan semoga perbaikannya lama, "Ini kan bukan motor gue, mana gue tahu ternyata ada masalah."
Setelah motor masuk bengkel, Hany duduk di bangku yang sudah disediakan dengan kesal, "Kalau gini caranya kita bakal telat."
Ini merupakan rencana Arka kok. Dengan bantuan pemilik motor, mereka mengutak-atik agar motor bisa mogok tiba-tiba, "Santai aja, ini kan hari Senin. Kita nggak terlambat ngikutin pelajaran karena ada upacara bendera kok."
Dengan sinis Hany melirik Arka yang sudah duduk di sampingnya, "Gue kan murid baru, masa udah dicap sebagai siswa yang suka terlambat sih?"
"Gue sih nggak masalah."