Penawar Masalah

Nurita
Chapter #1

Awal

Cuaca di luar memang sangat cocok untuk rebahan, tapi lebih cocok lagi mendengarkan presentasi yang membedah plot karya sastra. Meskipun jaket tebal melingkupi tubuh mereka, tidak satu pun yang kehilangan semangat belajar.

Seperti biasanya, kelas berlangsung lancar, gadis berkemeja putih terlihat serius menyampaikan hasil tugasnya dan yang lain mendengarkan dengan baik. Seperti biasa, kelugasan dan kecerdasan gadis itu selalu patut diacungi jempol. Tepuk tangan kagum menutup presentasinya.

"Baik Zoya, seperti biasa, amazing. Terima kasih, silahkan duduk Zoya.”

Zoya membungkuk hormat, sambil tersenyum lebar ia duduk di tempatnya lalu mendengarkan penjelasan dosen sastra Indonesianya itu yang akan menutup kelas hari ini.

Zoya, mahasiswa semester tiga, jurusan sastra Indonesia di salah satu universitas negeri Ibukota. Bukan gadis yang berparas primadona namun senyuman yang tidak henti melengkung untuk semua orang itu selalu menambah nilai penampilannya. Terlebih akhlak dan keceriaan yang disambut sangat baik oleh semua orang yang ada di sekitarnya.

Dosennya menerangkan sedikit tentang pembahasan hari ini, Zoya dan semua temannya serius mendengarkan, ada pula yang mencatat baik-baik setiap penjelasan dari dosen mereka.

Dosen sastra Indonesia adalah dosen favorit di fakultas ini. Cantik, masih muda, dan baik, ya meskipun aturan di kelas sangat ketat tapi malah itu yang menambah kesan kharismatik bagi mahasiswa.

Kelas sudah selesai, dosen juga meninggalkan ruangan. “Zoya, kita duluan ya.”

Zoya mengangguk pada teman-temannya itu. Satu per satu buku di meja ia masukkan ke dalam ransel. Kelas sudah sepi, hanya ada dirinya sendiri. Mata kuliah di hari jumat memang tidak lebih dari dua bidang. Sekarang baru pukul 11 tapi Zoya sudah menyelesaikan semua jadwalnya.

“Zoy belum selesai?”

Suara berat itu membuat Zoya mendongak dan mendapati Fael Maulana yang biasa ia panggil Fael, berdiri di depan mejanya. Zoya lantas tersenyum, memasukkan jaket hijaunya ke dalam ransel dan menggendongnya. “Udah kok, jadi ke perpustakaan?” Percakapan mereka menuju keluar kelas.

Fael mengangguk. “Jadilah, tugas gue numpuk. Padahal besok deadline, jadi harus selesai hari ini juga. Tapi nanti kalau kelamaan gue pinjem buku aja di sana.”

“Nggak kaget gue El, loe mah memang pejuang deadline.” Fael tertawa menanggapi ejekan Zoya, karena itu adalah kenyataan.

Mereka berjalan turun ke lantai dasar, hendak keluar dari fakultas. “El jalan aja ya, malas banget mindahin mobil.” Akhirnya dalam langkah, mereka menuju perpustakaan kampus yang memang ada di sisi timur luar fakultas sastra.

Lihat selengkapnya