Dering panggilan menutup kilasan itu. Fajarul Qolbi, alasan kedua kenapa ia memilih fajar sebagai pelengkap kata penyeduh. Kilasan itu, hanya awal di mana sebuah kisah dimulai. Kisah yang dipenuhi kasih dan semua rasa sebagai pelengkapnya. Kisah yang tidak pasti akhirnya.
"Nggak perlu El, gue masih butuh sendiri." Zoya dapat mendengar jelas kekhawatiran Fael, orang yang menelponnya. "Iya El, gue baik-baik aja. Ya udah gue tutup dulu. Setelah menutup panggilan tanpa menunggu jawaban Fael. Zoya menulis satu kutipan di bawah kutipan tadi.
Nada cinta yang belum terselesaikan membuat tidak lupa akan merdunya suaramu.
#penyeduhfajar
Lalu lembar kedua, motor. Di bawahnya juga ada kutipan bertagar sama.
"Ini bukti kedekatan kita, tapi itu menurutku entah menurutmu seperti apa."
#penyeduhfajar
Potret motor yang ia ambil kala dirinya dan Arul meneduh di sela gerimis, menunggu ban Arul yang ditambal.Kamera ponselnya diarahkan ke motor Arul. "Ngapain loe foto motor gue?" Zoya tertawa mendengar keheranan Arul, ia tidak menjawab, malah mengarahkan ponselnya pada Arul yang memakai jaket hitam, duduk bersimpuh di sebelahnya.
"Zoy." Tegur Arul dengan nada malas.
Zoya tertawa lebih keras lagi. Selain cuek, Arul sangat tida suka di foto. Zoya tahu itu, hanya saja ia senang melihat ekspresi Arul. Meihat hasil gambarnya, Zoya tersenyum kecil. Namun Arul merebut ponsel pink itu lalu memasukkan ke dalam saku jaket. "Gue sita."
"Apaan sih Rul, siniin." Zoya kesulitan mengambil ponselnya karena Arul meletakkan di seberang sini dari Zoya duduk. Terlebih temoat teduh mereka yang minim itu, jika bergerak berlebihan bisa saja mereka basah karena gerimis yang semakin deras ini.
"Udah diam nanti basah semua. Loe udah hubungin anak-anak belum? Faby atau Rina gitu?" Gue jujur aja nih, gue nggak hafal daerah sini."
Zoya cemberut, menumpu dagunya pada lekukan lutut. "Kayaknya mereka di jalan deh, gue telepon nggak diangkat. Gue juga nggak tahu, nggak pernah sejauh ini."
Angin menerpa cukup kencang, Arul membenarkan rambut Zoya yang berlarian hingga ke wajahnya. "Kenapa nggak diikat aja?"
Zoya mengibaskan rambut ke belakang, rambutnya hanya sebahu sehingga sangat memungkin diterpa angin. "Tadi udah, cuma pas buka helm hilang, nggak tahu kemana. Jatuh mungkin."