Hari kedua ulangan, Arul masih belum datang sedangkan Zoya sudah duduk tenang dengan buku bahasa Inggris di meja. Sembari menyeruput susu coklat kesukaannya ia membawa serius mata pelajaran yang hari ini akan diujikan. Zoya selalu berangkat pagi karena mengikuti jam Kakak Iparnya yang setengah enam sudah berangkat dari rumah. Kelas masih sepi, hanya ada dirinya, Nanda yang duduk bersama Tiara.
"Zoy, gue nanya dong."
Zoya mendongak ke Nanda yang duduk dihadapannya. "Apa Nan?"
"Kalau kalimat pasif diubah ke aktif gimana, kan biasanya loe ada cara gampang tuh."
Zoya tertawa kecil. "Bukan gue yang buat cara gampang Nan. Jadi gini." Zoya menjelaskan begitu jelas tapi singkat. Tipikal Zoya adalah seseorang yang memiliki imajinasi sendiri terhadap segala bidang, dengan imajinasinya itu ia tidak ingin sulit dalam mengerjakan apapun. Sederhananya selalu ia buat mudah dengan pikirannya sendiri, itu yang disukai oleh teman-temannya.
Terlebih Zoya tipe orang yang tidak pelit ilmu. Nanda mengangguk-angguk paham. "Oh oke-oke mudah-mudahan sampe nanti masih nempel."
"Aamiin, gue doain juga." Mereka berdua tertawa, Tiara yang di samping Nanda hanya mendengus tidak suka. Tapi Zoya biarkan itu.
Hingga jam sudah akan mulai untuk ujian, semuanya pun sudah duduk di meja mereka masing-masing. Arul pun dengan ransel di satu gendongannya, datang dan duduk di sebelah Zoya. Zoya tetap belajar, ia lanjutkan dengan mata pelajaran agama.
"Nanti tanya gue aja kalau ayat sama artinya lupa." Zoya memandang Arul lalu tersenyum. "Gue bisa kok, insyaaAllah."
Arul hanya menanggapi dengan anggukan. Semua orang tahu, Arul, si pembaca ini, sangat pintar bidang agama, bahasa Arab, dan sejenis itu. Meski di sekolah mereka tidak ada pelajaran bahasa Arab, dengan kemampuan cowok itu, ayat-ayat yang sering masuk di soal menjadi sedikit mudah karena Arul mengerti artinya.
"Bahasa Inggris bab 1-4 aja kan?" Zoya mengangguk. "Iya, loe udah belajar."
"Gue udah baca, tapi cuma baca nggak bisa ngartiin." Arul terkekeh.
Tiba-tiba Tiara menoleh ke Arul yang ada di belakangnya. "Bang Arul, maaf ya kalau bahasa Inggris nggak bisa ngasih tahu. Nggak terlalu paham soalnya."
Arul menatap Tiara dan mengangguk sekilas. Zoya berdiri, keluar kelas hendak membuang kotak susunya. Namun Arul memegang pergelangan tangannya. "Titip gue, mau ngeraut pensil." Zoya memberikan kotak di genggamannya.
Ketika Arul keluar kelas, ia seketika melihat pada Faby yang tertawa mengejek. "Apa?" Sengit Zoya.
"Cinta segitiga."
Zoya memukul Faby dengan kertas di sekitar. "Nggak ada ya, jangan aneh-aneh deh." Faby hanya terkekeh. Tidak lama Pak Sakur dengan map coklat berisi soal dan lembar jawaban masuk disusul Arul.
"Abang Arul, kesayangannya Tiara."
Hampir semua guru tahu kalau Tiara menyukai Arul, karena sikap Tiara yang memang terang-terangan. "Ganti sekarang Pak."