Zoya memejamkan mata, ternyata Arul mengira seperti itu. Hatinya seperti siap untuk memuntahkan perih. "Loe nggak tahu Rul." Ucapnya sepelan mungkin.
"Awalnya gue nggak tahu, tapi dari tatapan loe Zoy. Sikap loe juga udah berubah dan gue baru sadarin itu."
Kali ini Zoya diam, ia tidak akan menjawan terlebih dahulu.
"Cinta itu ribet Zoy. Ketika loe suka sama itu orang, minjam penghapus aja loe bakal nyebrang jembatan dulu padahal di sisi loe ada penghapus juga. Itu cuma gara-gara loe pengen dekat ke orang yang loe suka. Itu ribet dan gue bukanlah orang uang ribet."
"Itu juga yang loe bilang ke Tiara waktu dia nyatain perasaannya?"
"Nggak." Arul menjeda ucapannya. "Gue bilang ke dia kalau gue nggak bisa pacaran. Itu aja. Tapi ke loe seperti yang gue bilang. Lo beda dan itu ngebuat gue bisa cerita semua hal waktu sama loe bahkaan gue nggak pernaah cerita ini ke keluarga gue."
"Loe mikir gue suka sama loe dari teman-teman kan?" Semua temannya selalu mengejek mereka berdua dan Zoya kira itu yang membuat Arul mendiamkannya.
"Bukan. Tapi karena Dafa."
Zoya menoleh pada Arul yang sedetik itu juga menatapnya. Apa Arul cemburu pada sikap Dafa?
"Ngelihat dia merhatiin loe dengan tatapan jatuh cinta dan ngelihat loe seolah ngasih penjelasan ke gue. Dari situ gue tahu loe mengharapkan sebuah hubungan dan loe suka sama gue."
Ternyata Zoya salah, Arul tidak cemburu pada Dafa. Tapi Arul juga salah.
"Gue belum jawab pertanyaan loe tadi. Dan jawaban gue nggak, gue nggak suka sama loe."
Arul menaikkan alisnya bertanya dan bertambah bingung ketika Zoya masuk ke dalam kelas. Hingga cewek itu kembali dengan membawa gulungan.