Hai...
Apa kabar?
Kemarin ada film baru loh yang keluar...
Sebentar jadikan main ke rumah....
Kamu dikelas mana?
Itulah sepenggalan percakapan-percakapan yang terdengar di telinga mariana atau kita panggil riana saja. Riana dengan rambut terurai dan ransel dipunggungnya tengah berjalan melewati gerbang sekolah sembari mengamati sekelilingnya. Melihat beberapa anak seusianya sudah mulai akrab satu sama lain atau memang mereka teman sewaktu dulu. Riana melihat siswa dan siswi yang berjalan bersama dengan asyiknya ngobrol tapi ada juga siswa siswi yang berjalan sendirian dengan cueknya. Namun ketika riana melihat dari kejahuan di depan salah satu kelas ada beberapa siswa siswi yang dengan hebohnya bercerita hingga suara mereka terdengar sampai di gerbang sekolah. Memperhatikan itu sejenak di pikiran riana terlintas perkataan “Apa aku bisa mendapatkan teman!”.
Sejak kecil riana anak yang terlalu pemalu untuk memulai sesuatu, sejak duduk dia bangku SD di selalu duduk dibagian belakang karena tidak ingin menonjol ditambah dia memang penakut. Maka sejak awal sekolah riana nampak sendirian karena ketakutannya dan cenderung menunggu sesorang mendekatinya atau sekedar menyapanya. Namun berjalannya waktu ke waktu dia pun memiliki beberapa teman meski awalnya hanya mengobrol biasa namun lama ke lamaan sering berbagi dalam segala hal. Memang membutuhkan waktu yang lebih lama bagi riana mendapatkan teman dibanding anak seusianya. Namun kini riana di sekolahnya di tingkat SMK, dia mencoba untuk tidak duduk dibelakang lagi, memberanikan diri untuk mencoba hal baru melihat apakah dia bisa mendapatkan teman dengan cepat ataukah sama saja.
Riana berjalan perlahan di koridor sekolah menuju ke kelasnya, di sepanjang koridor riana melihat ada siswa yang sedang ngobrol di depan pintu kelas, lalu ada juga yang ngumpul di meja guru ketika tidak sengaja berbalik ke arah pintu kelas yang terbuka. Kemudian di kelas berikutnya riana melihat ada siswa yang duduk sendirian di depan kelasnya. Riana terus berjalan hingga dia sampai di depan kelas XC, kelas yang dimana awal riana menjadi siswa SMK. Dikelas XC terasa hening dikarenakan memang masih sedikit siswa yang ada di dalam kelas tersebut dan siswa-siswi itu sibuk dengan urusannya masing-masing. Riana melihat bangku deretan 2 dari tembok bagian ke dua dari depan masih kosong, dia pun memilih duduk disana. Saat duduk di bangku pilihannya, riana kembali melihat sekeliling kelasnya, terlihat ada siswa yang tidur. Lalu ada siswa dan siswi yang sibuk main game, ada juga siswa yang bengong lalu ada juga yang dua orang siswi yang sedang ngobrol santai.
Waktu pun berjalan menuju jam pembelajaran yang akan dimulai sesuai aturannya. Seiring waktu satu per satu siswa siswi pun datang memasuki kelas XC. Sepanjang waktu itu riana mengamati yang tadinya ada siswa yang duduk sendirian kini duduk berdua, lalu bangku-bangku deretan belakang sudah terisi semua, bagian depan pun mulai terisi juga walau masih ada yang kosong. Seperti bangku di depan riana belum terisi dan bahkan belum ada yang duduk disampinnya. Dia pun mulai khawatir yang tidak jelas seakan takut bakalan duduk sendirian atau memang pilihannya salah. Padahal waktu pertama kali duduk di bangku kelas 1 SMP, dia ingat waktu dia duduk di bangku deretan belakang. Dia mengamati yang paling cepat terisi barisan bangku depan dan bagian tengah oleh siswa siswi baru. Riana pun mulai menundukkan kepala, matanya perlahan memejam seiring perasaan yang ketakutan. Lalu membuka kembali matanya mencoba berfikir mungkin dia harus pindah tempat duduknya saat ini, namun dia merasa takut melakukannya. Kemudian riana menoleh ke belakang, tepat di belakang bangkunya seorang siswi masih duduk sendiri. Tapi ketika riana hendak berbalik tiba-tiba seorang siswi datang mengisi kekosongan bangku itu, riana pun agak sedih namun tetap tersenyum saat siswi itu melemparkan senyum kepadanya. Kemudian riana menoleh ke depan kembali, tidak disangka ternyata bangku di hadapannya pun telah terisi dua orang siswi, riana terkejut sekaligus sedih. Tiba-tiba keterkejutannya berlanjut ketika terdengar suara.
"Permisi... boleh aku duduk disini?"
Riana seketika menoleh kesamping, riana sejenak terdiam kemudian dengan cepat dia mengangguk sembari tersenyum, siswi itu pun membalas senyum riana.
"Hai... aku fitri, kamu?"
Sejenak riana terdiam karena merasakan kelegahan sehingga khawatirannya yang tadi tidak jelas tadi seketika hilang kemudian riana berkata "Aku mariana, panggil riana aja"
Riana pun berjabat tangan dengan siswa itu yang menjadi teman sebangkunnya. Setelah itu bel sekolah pun berbunyi seiring senyum yang tertahan di wajah riana. Dengan berharap ini permulaan yang bagus untuk riana dalam kehidupan SMK-nya ke depan yang akan dijalaninya.
***
Setelah beberapa hari berlalu, ditengah jam pelajaran kimia, siswa siswi XC sibuk menulis apa yang ditulis guru mereka di papan tulis, semuanya tampak tenang. Riana pun dengan tenang mengikuti pelajaran hingga bel pergantian pembelajaran berbunyi.
Setelah bel pergantian pelajaran berbunyi, beberapa saat kemudian teman sekelas riana masuk memberitahukan bahwa guru yang mereka tunggu untuk pelajaran selanjutnya tidak datang. Semua siswa siswi bersorak gembira meski.
"Yah... kok pak Eddy ndak datang sih" kata seseorang siswa dalam kekas XC yang sok sedih. "Padahal aku udah belajar loh..."
"Alah... Sok Sedih Loh!" teriak fitri
"Dasar! Bilang aja loh Seneng!" sambar salah siswi dalam kelas.
Lalu para siswa siswi itu menyoraki siswa yang sok sedih itu. Setelah itu para siswa siswi XC tertawa geli sedangkan si siswa itu pun hanya mengkerutkan wajah.
Setelah kejadian itu dua orang siswi yang duduk di depan bangku riana dan fitri memutar bangku mereka menghadap ke riana dan fitri. kemudian mulailah obrolan diantara mereka yang bisa dikatakan kadang tidak berguna dan tak terarah namun bisa membangun hubungan jauh lebih baik.
Sejam berlalu riana bersama teman-temannya masih saja mengobrol. Walaupun sebenarnya riana hanya menyimak fitri danlainnya bercerita. Tapi sesekali riana bersuara hanya ketika dia ditanya selebihnya diam dengan tenangnya.
“Kok diam-diam baek aja sih Rin!?” tanyanya Firly teman riana yang duduk di hadapannya.
“Iya nih… bicaranya kok di irit banget!” cetus lia yang duduk di samping firly.