PENCIL 2B

Donquixote
Chapter #1

Chapter#1

Sekitar 7 orang terkapar di UKS. Dua diantaranya baru saja sadar. Mereka berdua ditangani oleh guru. Yang lain tidak kebagian ranjang, duduk di matras. Menikmati minuman serta roti yang disediakan UKS setiap upacara hari senin. 

Wajah mereka pucat apalagi bibir mereka. Dua orang petugas PMR yang bertugas di UKS, cukup kewelahan menangani mereka.

Penderitaan PMR ini berakhir setelah upacara selesai. Mereka yang terkapar di UKS kembali ke kelas masing-masing kecuali satu orang tadi.

Salah satu seorang guru menyuruh beberapa PMR tinggal untuk menjaga orang tersebut. Berhubung satu minggu mulai dari hari senin ini, adalah hari kelas meeting—alias hari-hari papan pengumuman memperlihatkan siapa yang harus mengulang ujian sekolah.

“Tolong dijaga dulu sebentar, kalau udah bangun beli soto, tinggal bilang mas Harri, UKS yang bayar.” pesan bu Sari.

“Siap bu,” sahut mereka berdua.

Bu Sari meninggalkan UKS. Diwaktu bersamaan ponsel berbunyi, siswi itu membuka pesan dari temannya. Dia membaca sembari mengambil tasnya yang di pojok ruangan lalu memasukan ponsel ke dalam tas. 

Dia kini berdiri di ambang pintu. Menoleh ke belakang menatap temannya.

“Bahasa Inggris keluar, kata temenku, aku ngulang,”

“Iya, gapapa,”

“Makasih, Rian, duluan ya,” dan orang itu pergi.

Rian. Gadis tinggi 162, badan kurus, muka putih pucat, rambut hitam pekat diikat. Karena ciri-cirinya itu terutama badannya yang kurus, sering kali orang-orang meragukan dirinya adalah anggota PMR. Namun Rian tidak ambil pusing. Hingga akhirnya Rian diklat menjadi senior dan bertugas di UKS.

Setiap hari upacara Rian siaga di UKS. Merawat orang yang tepar, tersengat panas matahari. Buka beban untuk Rian, hanya saja kali ini kelas meeting, jadi pikiran Rian kemana-mana. Menduga-duga berapa mata pelajaran yang harus dia ulang. Dia terjebak di UKS tak bisa melihat papan pengumuman.

Rian berharap remidi matematika bukan hari ini. Bila ia terlambat, maka tidak kebagian acara menyontek bersama. Karena Rian lemah dalam matematika.

Sudah hampir satu jam Rian duduk sambil menunggu Victor siuman. Rian cukup heran juga kenapa Victor bisa pingsan waktu upacara. Padahal dipandang dari sudut manapun tubuh Victor bukan tubuh orang yang mudah pingsan. Malahan kebalikannya dari Rian.

Waktu terus berjalan. Dari pintu UKS Rian dapat melihat orang mondar-madir di koridor sambil membawa soal ulangan kemarin.

Rian dibuatnya panik. Rian yakin bahwa dirinya sudah ketinggalan satu mata pelajaran mengulang. Dan dalam hati berharap bukan matematika yang ketinggalan.

Lantas Rian memijat otot antara ibu jari dan jari telunjuk Victor.

Sepasang mata Victor berkedip perlahan membuka, alis matanya bertaut.

“Ehmn..” rintih victor.

“Kamu, gapapa?” tanya Rian dengan suaranya yang lemah.

Lihat selengkapnya