Sekian lama Nahar menunggu. Berangkat jam 6 pagi hingga kini bel sekolah berdering, tanda mulai jadwal awal pelajar, Rian belum datang.
Gelisah sedari tadi membuat keputusan. Akhirnya Nahar yang belum memilih tempat duduk—sibuk menunggu Rian di kursi guru, sekarang dengan putus asa berjalan menghampiri tempat duduk Victor yang kosong sebelah.
Nahar meletakan tasnya di atas meja. Mengeluarkan ponselnya, mencari suasana yang dapat menghibur dirinya.
“Lesu amat." ejek Victor.
Nahar hanya menepis tangannya ke angin seolah kode supaya Victor tak mengganggunya.
Teringat sesuatu hal yang sempat disimpan oleh Victor. Victor mengambil ponselnya, menyetuh aplikasi gallery pada layar. Mencari-cari foto Rian, waktu Victor menemukan foto tersebut tangan Victor menepuk pundak nahar.
“Na-er,” Victor menepuk-nepuk punggung Nahar.
Bahu Nahar bergoyang risi. Berusaha mengisyaratkan bahwa Nahar tidak suka ditepuk-tepuk apalagi diganggu.
“Oi,” panggil Victor dengan sekali tepuk sedikit keras.
Nahar melepas earphone yang di telinganya. Menatap malas pada Victor, muka tengik khas Nahar membuat Victor terkekeh renyah apalagi waktu membayangkan wajah tengik itu hilang menjadi memelas.
“Apaan, ganggu orang aja,” sewotnya.
“Ck, lagi M?” ejek Victor, “Judes amat.”
“Cepet, buruan,” desak Nahar.
“Saya mau nunjukin sesuatu bun, penampakan,” goda Victor.
“Palingan bokep,” cetus Nahar.
“Asal njeplak aje, emang aku itu kamu, laptop isi 'rar' semua,” tepis Victor.
“Lagi males gua,” ujar Nahar kembali memasang muka kalut.
Victor tertawa puas. Tingkah Nahar yang masam menjadi bahan keusilannya. Perlahan Victor menunjukan foto Rian di ponselnya. Dengan muka meringis yang menyebalkan, Victor menaik turunkan ponselnya menggoda Nahar seolah dia seekor kucing.
Tetap dengan tatapan datar berkesan malas. Matanya fokus ke mata Victor, memberi tatapan yang berisyarat untuk menghentikan kekonyolan yang Victor lakukan. Bergegas menunjukan dengan serius. Sebab lama-lama Nahar muak sendiri.
Teman sedang galau malah dikerjain. Moment seperti ini Nahar tidak suka.
“Oke, wkwkw,” tawa renyah Victor saat membaca jelas isyarat mata Nahar.
“Nih,” Vctor menunjukan foto Rian.
Sepasang mata Nahar membelalak. Ia tak percaya ponsel Victor menyimpan foto Rian. Dan di ponsel Victor, Rian terlihat sangat cantik. Walaupun terkesan colongan tapi potretan Victor terkesan berkonsep, angel kamera pun terasa pro. Selebihnya pujian itu karena Rian didalamnya.
Menyambarlah tangan Nahar. Sayangnya terbaca gerak Nahar oleh Victor. Victor pun berhasil mengelak. Dirinya pun bangga dengan kepekaan dan kelihaiannya sendiri.
Telapak tangan Victor menahan jidat Nahar. Nahar pun tertahan, jemarinya mencakar-cakar udara karena tak menggapai ponsel Victor.
“Gua mau liat,” gerutu Nahar.
“Eit, eit,” suaranya mengiringi gerak tangannya saat menghindari tangan Nahar.
“Sebentar aja,” Nahar gelagapan.
“Kalem, bro,” pinta Victor usil.