.
.
Setiap murid duduk di tempat masing-masing. Memanjatkan doa sesuai aba-aba ketua kelas. Suara ketua kelas terdengar berkata amin, disitu semua mengucap salam kepada guru.
Beberapa dari mereka memilih langsung pulang ke rumah. Ada yang mampir ke tempat cafetaria, ada pula yang melanjutkan hari mereka dengan bermain, bahkan kegiatan esktra sekolah.
Rian menunggu juniornya di kelasnya sendiri. Hari ini kelasnya kosong untuk kegiatan, maka dari itu Rian dan teman-temannya sepakat menggunakan kelas Rian.
Sambil menunggu Rian mendengarkan musik. Menyenderkan kepalanya di meja, sekiranya beberapa kali Rian hampir tertidur. Apalagi hawa sekitar cocok untuk tidur, sejuk, angin sepoy serta hujan tak begitu deras.
Beberapa hari ini Rian kurang tidur. Sulit baginya tidur, semalaman terjaga mencoba memejamkan mata namun pikirannya melayang ke mana-mana. Suara sekecil apapun berhasil ia tangkap, membuatnya terjaga tak kala ketakutan.
Hanya di sekolahan dan setelah pulang Rian bisa menikmati waktu. Tertidur pulas dengan suara kericuhan, kericuhan membuatnya tenang sebab Rian tau masih banyak orang.
Tanpa diketahui, Victor muncul dari persimpangan. Sosoknya terlihat jelas, terutama kepala Victor dari luar jendela.
Sekilas Victor menoleh ke kelasnya. Entah bagaimana Victor tau yang berada di dalam kelas adalah Rian.
Victor yang yakin akan dugaannya mulai masuk ke dalam. Saat Victor berada di samping Rian, Victor setikit mencodongkan badan, mecari tau apakah Rian benar-benar tetidur. Dari situ Victor mendapati kedua mata Rian tertutup.
Perlahan Victor menepuk bahu Rian. Lama kelamaan Rian terbangun. Pandangannya sedikit rabun, ia mengusap matanya supaya dapat melihat sosok di sebelahnya.
“Vic….tor?” sebut Rian kembali mengusap matanya.
“Dari tadi tidur?” tanya Victor.
“Iya, sambil nunggu yang lain, rencananya ngumpul di sini.” jawab Rian serak.
“Wah, berani juga tidur di kelas sendirian,” kagum Victor.
Rian menggelengkan kepalannya, “Nggak juga . .. pintunya aku biarin ke buka lebar,”
Seiring mendengarkan Rian, Victor menarik kursi di belakangnya. Lalu duduk menghadap Rian, ia mengeluaran hoodie milik Rian yang sempat ia pinjam.
“Ini,” Victor memberikan hoodie kepada Rian, “makasih ya,”
Rian menerima hoodie itu. Tangan Rian mulain melipat hoodie tersebut menjadi bantalan kepalanya. Kini rasanya nyaman meletakan kepalanya di meja dengan bantalan hoodie-nya yang tebal.
Rian memandang Victor dalam posisi siap melanjutkan tidur siangnya.
Victor dapat merasakan kontak mata antar dirinya dengan Rian. Rian begitu jelas di hadapannya. Sedikit terintimidasi pandangan Rian, walapun sayu tapi pas kena di lensa mata Victor.
“Kamu nunggu Neina,” tebak Rian.
Sebenarnya Victor sudah terbiasa orang-orang menyangkutkan dirinya dengan Neina. Tetapi seakan-akan Victor mengenal lama Rian, padahal Victor beranggapan bahwa Rian tidak tau hubungannya dengan Neina. Sebab Rian tampak jelas acuh tak acuh dengan sekitarnya. Maka dari itu Victor terkejut mengetahui bahwa Rian se-update teman lainnya.
“Jam 2 rapat OSIS selesai, sebentar lagi,” Victor mengiyakan Rian.
“Tujuh belasan memang hari sibuk,” Rian menguap. Memejamkan matanya. Untuk beberapa waktu cukup lama.
Ruangan kelas hening. Saat itu Rian yakin bahwa Victor pergi, Rian membuka matanya ia melihat Victor sibuk mengotak-atik netbook-nya.
“Victor, aku kira kamu pergi, tapi masih di sini,” ucap Rian heran tanpa mengakat kepalanya.
Victor menoleh, “Kelas lain penuh, sisanya dikunci, jadi aku tinggal di kelas sendiri kebetulan ada kamu Rian,”
“… Download film ya,” tebak Rian.
“Bukan. Anime.” Ujar Victor seraya memilih-milih.