PENCIL 2B

Donquixote
Chapter #10

Chapter #10

Tepat jam 7 pagi Rian sampai di sekolahan. Rian berjalan santai di koridor. Teman-temannya duduk di depan. 

“Rian, habis libur masih aja lemes.” ujar seseorang yang sok akrab sok dekat.

Rian hanya tersenyum palsu. Dia duduk di tempat duduk depan kelas, bergabung dengan yang lain.

“Semangat!” heboh temannya yang duduk di sebelahnya.

“Mau sampai mati di inget, Rian orang yang gak bersemangat?” canda laki-laki, teman sekelasnya, yang tidak lucu.

“Kalian bercandanya kelewatan,” ujar Neira.

Rian menundukan wajah.

“Ngawur loe, kan cuma bercanda.” ujar seseorang tadi yang sok akrab sok dekat.

Rian mengakat wajahnya lalu tersenyum palsu. Memandangi mereka yang mentertawakannya. Mereka beranggapan itu adalah candaan. Tapi jika Rian protes Rian tau dia akan dikata ‘baper’.

Kehidupan sehari-hari Rian sudah sesak di rumah, sesak pula di sekolahan.

Rian benar-benar ingin lulus supaya jauh dari mereka. Rian muak mendengar candaan yang garing tentang dirinya. Suara tawa mereka sangat jahat bagi Rian seorang.

Suara lonceng tanda pelajaran pertama terdengar. Mereka masuk ke dalam.

Aisyah menyapa Rian. Rian duduk di sebelah Aisyah. Guru baru masuk, sebenarnya bukan baru di sekolahan, baru mengajar di kelas Rian. Bu Endang namanya, bu Endang duduk seraya merapikan kerudungnya.

Sang guru menapati Rian yang kebetulan memperhatikannya.

“Sakit ya, mbak?” tanya serius bu Endang.

Belum sempat Rian menjawab, orang yang sok kenal sok dekat menyerobot.

“Muka dia memang gitu bu.”

Lihat selengkapnya