Lapangan bola sekolah tiba-tiba rame. Yang menonton bukan para laki-laki melainkan para gadis. Dari kelas 10 sampai kelas 12. Mereka menikmati tontonan yang mencuci mata. Apalagi ada Nahar, meski dia muka biasa saja tapi aura kharismatik dan aura LAKI dia ketara.
Ada pula ketua OSIS yang latihan meskipun dia tidak ikut serta lomba. Yanuar. Ada juga bintang kelas lainnya. Pemandangan bak adegan cowok-cowok ganteng di drama FTV lagi sepak bola.
“Nahar, oper!” teriak Yanuar.
Nahar melirik sebelah kanannya, ia menemukan Yanuar berlari sembari mengangkat tangan. Nahar berhenti, berusaha mengecoh lawan lalu mengoper ke Yanuar.
Yanuar menerima bola dengan melompat, ia timpa di kening dengan sundul ke bawah pelan lalu ia tendang ke arah gawang. Tendangannya terlalu lebar sehingga memberikan kesempatan tendangan sudut.
Nahar dari sudut lapangan bersiap ancang-ancang menendang bola. Yanuar berusaha melepaskan diri dari block lawan. Saat Nahar menendang, Yanuar menyundul bola itu tepat masuk ke gawang.
“Gooolll!!!” teriak tim Nahar.
Yanuar melakukan selebrasi khasnya. Lalu teman-teman menepuk punggung memberi semangat.
Nahar yang ingin menghampiri Yanuar, harus berhenti ketika seseorang memanggil dirinya dari belakang. Suaranya sangat lantang dan kencang untuk seorang cewek.
Saat ia menoleh ia menemukan Neina melambaikan tangan.
“Naharr!! Woi!”
“YA!” jawab Nahar.
“Sini sebentar!!!” teriak Neina.
Nahar menurut permintaan Neina. Ia berlari menuju Neina. Saat Nahar di depan Neina, muka Neina agak mengernyit karena bau sangit matahari di tubuh Nahar begitu pekat.
“Gila, bau matahari,” komen Neina.
Nahar mengelap keringat di kening dengan punggung telapak tangan.
“Iya, nama juga lari-lari di lapangan panas, nona,” bela Nahar.
“Victor mana, aku cari gak ada dia,” tanya Neina.
“Victor sama Aisyah, Rian, ngerjain tugas.” jawab singkat Nahar.
“Yaudah kamu bantu aku aja, darurat ini, mau belanja kebutuhan lomba. 3 hari lagi kita dah mau mulai,” pinta Neina.
“Okay,” jawab singakt Nahar.
“BRO DULUAN!! ADA KEPERLUAN SI IBU NEGARA!” teriak kencang Nahar.
“YO!!” jawab yang lain sembari bermain bola.
“Ngawur Na’er,” ucap Neina.
Wajah Nahar bingung polos, “Ayo,” mereka jalan.