Malam hari adalah waktu yang paling menyiksa bagiku. Pada saat malam, semua masalah muncul berdatangan secara bergantian. Mereka berebut untuk masuk secara paksa di pikiran. Mereka bertengkar hebat agar bisa mendapatkan secercah solusi dariku.
Aku hanya bisa melihat pasrah atap kamarku yang sudah usang. Tinggal di rumah dengan beberapa dinding triplek yang sudah rapuh, atap sebagian bocor, dan lantai semen juga banyak yang retak. Di tambah bau tanah basah bercampur dengan aroma anyir dari selokan kecil di samping rumah, sungguh makin menambah beban pikiran.
Aku ingin tidur pulas seperti orang pada umumnya, tapi apa daya banyak hal yang harus aku pikirkan. Banyak tekanan dan ketakutan yang tersimpan di dada. Andaikan semua masalah bisa teratasi saat ditinggal tidur, pada saat pagi harusnya semua masalah beres, betapa bahagianya hidup ini.
Kedua mataku perlahan menutup. Aku berusaha memejamkan mata. Tapi tiba-tiba ada hal yang mengacaukan semuanya.
“Barak! Lingga, buka pintunya!” terdengar seseorang berteriak memanggil namaku sambil mengedor-mengedor pintu.
“Lingga keluar sekarang! Kami punya urusan denganmu.” Terdengar kembali orang yang berbeda ikut berteriak.
Aku yang berusaha untuk tidur semakin tidak bisa tidur mendengar detungan pintu. Terdengar banyak orang yang memanggilku dari arah depan rumah. Aku merasa kali ini sudah waktunya tiba. Aku curiga mereka akan menjemputku secara paksa.