PENCURI WAKTU

Kangguru
Chapter #5

Subjek Eksperimen

Kabut dingin pagi masih memeluk lereng gunung saat kedatangan tim SAR yang berbaur dengan bising sirine ambulance mengepung gedung kecil tempat dimana mereka berada. Kelegaan yang membanjiri mereka secepatnya digantikan oleh gelombang pertanyaan dan kebingungan. Mereka digiring lalu diangkut ke dalam ambulans yang melaju kencang menuju RSUD R Syamsudin SH yang berada tepat di jantung kota Sukabumi.

Rian merasakan getaran aneh di dadanya. Bukan hanya karena kedinginan atau kelelahan. Ada firasat yang mengganggu, seolah mereka baru saja melangkah dari satu kebingungan ke kebingungan lain yang lebih besar. Di ambulans, ia melirik Dito yang tampak linglung, Maya yang memejamkan mata erat, dan Sita yang membeku, tatapannya kosong. Tubuh mereka semua kotor selayaknya orang yang hanya tersesat satu hari, namun setiap mata yang menatap mereka semenjak keluar dari gedung balai besar taman nasional gunung gede pangrango menyiratkan sesuatu yang lebih besar: antara heran, tidak percaya dan takut.

Tiba di rumah sakit, suasana berubah drastis. Tidak ada hiruk pikuk seperti unit gawat darurat biasa. Koridor-koridor terasa terlalu sepi, hanya ada beberapa perawat dan dokter yang bergerak cepat, raut wajah mereka serius, tanpa senyum ramah yang biasa. Rian dan teman-temannya langsung dipisahkan, dibawa ke ruangan-ruangan terpisah.

Rian dibaringkan di ranjang yang dingin. Seorang dokter muda dengan ekspresi khawatir segera memeriksa denyut nadinya, pupil matanya, dan kondisi tubuhnya secara umum. "Bagaimana perasaan anda?" tanyanya, suaranya pelan.

"Pusing... lapar..." jawab Rian serak. Ia mencoba duduk, tetapi kepalanya terasa berputar.

Pemeriksaan awal berjalan standar. Namun, Rian merasakan ada sesuatu yang janggal. Ada beberapa pria berjas hitam yang berdiri di kejauhan, di luar pintu kamar, mengawasi setiap gerak-gerik dokter dan perawat. Mereka tidak mengenakan seragam polisi, juga bukan staf rumah sakit. Gerakan mereka tenang, mata mereka tajam, seolah mereka adalah bayangan yang tak terdeteksi. Hanya sekelebat pandangan, dan mereka sudah menghilang, namun Rian tidak bisa melupakan kehadiran mereka. Firasat aneh itu kian kuat.

Setelah pemeriksaan awal selesai, beberapa jam kemudian, pintu kamar Rian terbuka. Dua pria berseragam polisi masuk, salah satunya membawa buku catatan dan pulpen. Mereka memulai interogasi, menanyakan setiap detail pendakian. Kapan mereka berangkat, rute apa yang diambil, apa yang terjadi di puncak, bagaimana mereka bisa tersesat. Rian mencoba mengingat, tetapi ingatan tentang sepuluh tahun terakhir seperti kabut tebal yang enggan menyingkapkan diri. Ia hanya ingat tersesat di hutan selama satu hari karena kabut tebal yang tiba-tiba datang.

Lihat selengkapnya