Ketika aku memberanikan diri membuka mata, sosok itu berdiri di sana. Bertolak pinggang. Berdiri tepat di samping Rio.
Aku masih dalam keadaan jatuh terduduk. Shock dengan kemunculan yang tiba-tiba.
Sosok itu mengeluarkan suara yang anehnya terdengar normal.
"Ape-ape, bro!"
Aku langsung menguasai diri. Sosok ini ternyata manusia biasa. Pendaki! Aku masih bingung tidak percaya melihat manusia normal berdiri di hadapanku dan tepat berdiri di samping Rio. Sosok itu bicara lagi, kali ini tangannya menunjuk ke belakang pohon.
"Ape-ape. Mie ku jadi dak pacak di makan, bro!"
Aku terpana. Mataku bolak-balik melihat sosok itu dan mie yang baru di rebus di atas kompor portable kotak. Benar, mie itu sudah bercampur dengan tanah merah yang tadi kulempar. Tetapi seingatku, tidak ada apa-apa dan siapa pun di sana selain aku dan Rio yang melihat-lihat tempat sekitar.
Ketika makin tenang, baru aku menyadari sosok itu memang manusia biasa yang memakai kaos berwarna hitam, celana PDL dan sepatu running.
Kulihat sekali lagi, sepatu running-nya menapak ke tanah. Dia benar manusia.
Dia dan Rio menggamit tanganku dan menolongku berdiri. Aku dan Rio lalu di tatapnya dari atas hingga ke bawah dan ke atas lagi.