Kakiku kembali gemetar. Rasanya tak ada tenaga sedikitpun untuk bergerak sekuat apapun kuberusaha. Bukan cuma ada satu, tapi dua. Seketika aku menyadari, sosok itu ada disetiap cabang pohon. Jumlahnya puluhan. Menggantung di sana-sini.
Hanya diam, tak bergerak, tak bersuara.
"Bang... tolong." bahkan suara yang keluar dari mulutku pun bergetar.
Bang Jo malah tertawa melihatku bersimbah keringat. Dia menggamit lenganku dan mengajakku jalan kembali.
"Mereka cuma begitu aja, nggak bisa lebih. Kuntilanak nggak akan nyekek kamu apalagi gigit. Bisanya cuma nongol, berharap manusia yang diganggu mentalnya lemah kayak kamu"
Terus terang aku kagum dengan Bang Jo. Bicara asal tentang hantu tanpa rasa takut sama sekali.
Jalan semakin keatas, penampakan muncul di mana-mana. Beberapa bahkan tepat di pinggir jalur. Bukan hanya Kuntilanak, tapi juga banyak wujud lain. Beberapa wujud muncul dalam keadaan tidak utuh. Ada yang tanpa kepala, ada yang tidak punya rahang, ada yang kepalanya terbelah. Kurcaci dengan banyak akar yang tumbuh di tubuhnya, dan beberapa yang lain muncul dengan organ tubuh yang tidak pada tempatnya.
"Semakin aneh bentuknya, menandakan rendahnya level mereka di dunianya. Yang bisa mereka lakukan cuma muncul dan hilang, begitu terus. Kalau kamu takut dengan godaan makhluk level rendah ini, itu menandakan rendahnya level iman kamu." ucap Bang Jo tenang namun menggetarkan seluruh tubuhku.