Bang Jo kembali berhenti. Kali ini Bang Jo mengajakku berbalik arah menyusuri jalur semula. Aku gelisah melihat wajahnya tidak lagi setenang biasa. Parangnya kembali diayunkan ke kanan dan ke kiri. Tiba-tiba saja kami keluar di pos tanda bacaan Asmaul Husna waktu itu.
Kemunculan mendadak kami rupanya mengalihkan perhatian hantu-hantu orang desa yang tampak sedang merubung di tenda pendaki. Puluhan pasang mata menatap kami tanpa berkedip. Tanpa ada komando tiba-tiba mereka bergerak pelan ke arah kami. Aku histeris ketika hantu yang terdekat memeluk pahaku. Aku meronta-ronta hingga terjatuh. Tangan itu baru lepas ketika Bang Jo dengan sigap menarikku. Sementara suara perempuan tua yang menyanyikan tembang Jawa terdengar semakin mendekat.
Bang Jo berbisik pelan di telingaku, "Lari, bro. Lari!"
"Jangan sekali-kali nengok ke belakang!" teriak Bang Jo padaku sambil berlari.
Bersamaan dengan terciumnya anyir darah, orang itu berlari sambil menyeretku. Aku berlari zig-zag menghindari tangan-tangan hantu orang desa yang berusaha menggapai kakiku.