Ini kisah tentang Aku (Alan Permana), Malik Kristian, Dayu Julianti, Amel Angelia, dan Rima Kanita. Kami adalah anak muda yang suka melakukan pendakian sejak masih di bangku SMA. Agustus kemarin kami baru ikut pendakian, tepatnya Bukit Maras yang berada di Pulau Bangka. Kami memang bukan asli anak Bangka, tetapi satu diantara kami asli anak Bangka, Rio Farera namanya. Akibat pandemi kemarin, Rio sempat pulang ke Bangka dan mendengar banyak pendaki yang akan mengadakan pendakian serta pengibaran Merah Putih disana. Rio bercerita siapa tahu kami tertarik untuk ikut. Benar saja, aku dan teman-teman sepat untuk ikut pendakian tersebut.
Pada 15 Agustus kami tiba di Pulau Bangka dan di sambut Rio. kami sempat mampir di kediaman orang tua Rio, tetapi mereka tidak di rumah. Mereka memang jarang di rumah, lebih sering tinggal di kebun. Mereka pulang jika ada perayaan hari besar atau acara tertentu. Aku kurang tahu tepatnya daerah tempat tinggal Rio.
Kami sepakat berangkat sore hari untuk memulai pendakian. Rio takut kami tidak kebagian lokasi menginap disebabkan melonjaknya pengunjung Bukit Maras. Kami sepakat berangkat kisaran pukul 16.00 WIB. Perjalanan dari kediaman Rio cukup memakan waktu kurang lebih 1,5 jam ke lokasi pendakian. Tiba di Pos perhentian pertama (Pos Parkir Kendaraan), kami menitipkan kendaraan kami pada warga desa yang memang biasa menyiapkan lahan parkir pengunjung. Kami berjumlah 6 orang, Aku, Malik, Dayu, Rima, Amel dari Jakarta dan Rio asli Bangka. Rio sudah ke-3 kali untuk pendakian Bukit Maras ini sendiri, jadi kurang lebih Rio sudah begitu hafal dengan tantangan yang ada.