Pendar Pelangi Kala Itu

barabercerita
Chapter #2

02. Hari yang Ingin Diulang

Pagi datang dengan langkah pelan.

Udara dari jendela dapur membawa aroma tanah basah semalam, bercampur dengan bau roti yang baru keluar dari oven kecil.

Windira sudah bangun lebih dulu, rambutnya diikat sederhana, wajahnya tanpa riasan, tapi cahaya mentari membuatnya tampak seperti bagian dari pagi itu sendiri.

Rully berdiri di ambang pintu dapur, memperhatikan diam-diam.

Ada sesuatu yang menenangkan dari caranya menuang adonan ke loyang, dari cara ia menepuk-nepuk tepung di tangannya. Seolah waktu berhenti di sekitar perempuan itu, sementara dunia di luar masih tergesa-gesa mengejar sesuatu.

“Sejak kapan kamu bisa bikin roti?” tanya Rully akhirnya.

Windira menoleh, tersenyum kecil. “Sejak kamu terlalu sibuk makan di luar.”

Nada suaranya ringan, tapi ada luka kecil di dalamnya. Rully tahu, ia layak mendapat itu.

Ia duduk di kursi makan. “Aku nggak ingat kapan terakhir kali kita sarapan bareng.”

Windira meletakkan loyang di atas meja, lalu menatapnya sejenak. “Mungkin sejak kamu masih punya alasan untuk buru-buru.”

Hening beberapa detik. Hanya suara oven yang berdetak pelan.

Lalu Rully berkata, “Sekarang aku nggak punya alasan lagi. Jadi… mungkin aku mau mulai bikin alasan yang baru.”

Windira tidak menjawab. Tapi saat ia menaruh secangkir kopi di hadapan Rully, uapnya menghangatkan ruang yang tadinya beku.

Kadang, cinta yang lama tertidur tidak butuh kata-kata, hanya gestur kecil untuk membangunkannya.

Selesai sarapan, Windira mengajak Rully ke halaman belakang.

“Kalau kamu benar-benar mau tinggal di rumah ini lebih lama,” katanya, “Kita harus mulai dari sini.”

Ia menunjuk ke taman kecil yang separuhnya ditumbuhi rumput liar, separuh lagi tanah kering penuh batu.

Lihat selengkapnya