Pendekar Gunung Ciremai

Nadiya Sasmita
Chapter #1

Prolog

“Cucuku, kematian ayahmu mesti kau balas. Tapi ingat! Jangan berdasarkan dendam melainkan berdasarkan jihad. Jika kau balas dia dengan rasa dendam, itu tandanya hatimu tidak murni.”

Samar-samar Suranantaka mendengar kalimat yang diucapkan Eyang Banantaka mengalahkan derasnya hujan yang mengguyur hutan Rajagaluh.

“Hanya itu kemampuanmu, anak muda?”

Sosok di seberang sana melontarkan sebaris kalimat sinis. Meski wajahnya tak terlihat jelas Suranantaka yakin dialah orang yang sedang dicarinya. Lelaki itu memiliki trinaga yakni senjata tombak baja bercagak tiga. Dan satu-satunya orang yang memiliki senjata seunik itu hanyalah Gedeng Plumbon.

“Tak perlu banyak bicara dan hadapi aku!” Suranantaka terlihat tenang. Walau biasanya sangat berapi-api, kali ini ia tidak boleh sedikitpun terpancing emosi. Ia hanya sendirian demi melawan musuh bebuyutan yang telah merenggut nyawa ayah sekaligus eyangnya.

Ah! Mata Suranantaka basah. Satu bulan telah berlalu tanpa kehadiran eyang membuatnya merasa tidak berdaya. Benar, lelaki di hadapannya ini dengan keji menacapkan trinaga ke ulu hati Eyang Banantaka saat beliau sedang menunaikan salat Asar.

“Bocah bau kencur sepertimu mau menghadapiku? Konyol sekali!” suara Gedeng Plumbon terdengar penuh cibiran. “Kuakui, kau memang hebat tapi tak cukup kuat untuk mengalahkanku yang sudah beberapa kali terjun dalam pertempuran sengit! Bahkan ayahmu Wiryanantaka yang hebat itu pun tercabik-cabik oleh trinagaku!”

Lihat selengkapnya