Pendekar Kupu-Kupu

abil kurdi
Chapter #2

Pendekar buron

“Kalian mau main-main dengan kami ya. Ini sama sekali tidak cukup!” ujar seorang pemuda berbadan besar dengan kulit berkeringat yang mengkilap. Alisnya menukik tajam, menunjukkan betapa marahnya dia. Dialah pendekar kobaran kapak atau biasa dipanggil Pekok.

“Mohon maaf tuan Pekok. Musim ini kami gagal panen, hanya ini harta kami yang tersisa.” Kepala desa memberi penjelasan dengan bibir yang gemetar ketakutan.

“Peduli setan! Sesuai apa yang aku katakan dulu, bila kalian tidak bisa membayar, kami akan membawa anak dan wanita yang ada, ha ha ha ha!” Pekok tertawa jahat, diiringi tawa anak buahnya. Anak buah Pekok mulai menarik paksa wanita-wanita muda dan anak-anak untuk dibawa menjadi budak mereka. Kericuhan pecah, segenap warga desa melawan anggota keluarganya dibawa paksa, namun apa daya mereka bukanlah orang yang mengerti ilmu bertarung. Suasana kacau!

Kepala desa kebingungan. Dia ingin melindungi warga desa namun tidak tahu apa yang harus dilakukan. Begitu pula dengan Harjono sang ketua pemuda desa. Nampak seorang gadis cantik tak berdaya diseret paksa oleh kroco Pekok.

“Calon istriku!”

Tidak terima, Harjono mencoba melawan, namun dihempaskan dengan mudah hingga mendarat di kandang ayam. Dengan bibir penuh darah, dan telur pecah, Harjono mencoba menegakkan badan dengan kaki kerempengnya. “Hey, kunyuk! Lepaskan kekasihku!” sentak Harjono.

Kroco pekok memandang ke gadis cantik. “Kekasihmu? Lemah sekali ....” sindirnya.

“Bukan, bukan kekasih, kok. Dia sudah kuanggap tetanggaku sendiri,” protes gadis cantik.

“Aku kan memang tetanggamu ...” ucap Harjono lirih.

Hening.

Dari kejauhan, Asih menyaksikan keributan itu. Sambil bersembunyi di belakang pohon, dia mencoba berpikir, tindakan apa yang harus dilakukan.

“Bu, ada apa kok terdengar teriakan?” Yana memecah konsentrasi Asih.

“Yana? Kamu kenapa ke sini nak?” Asih kaget. Kedatangan Yana membuatnya semakin bingung.

Asih ingin menolong warga desa tapi khawatir akan keselamatan Yana, putri semata wayangnya. Dia genggam tangan Yana dan menggiringnya ke dalam sebuah pohon mati yang berlubang. Yana dimasukkan ke dalamnya. Asih kemudian menepakkan tapaknya pada tanah di sekitar pohon itu. Tumbuhlah sulur-sulur yang menutupi lubang tersebut.

“Yana, kamu di sini dulu ya. Janji, jangan bersuara,” ucap Asih dengan senyuman menenangkan.

Lihat selengkapnya