“Ha-ha-ha, sudah kubilang Saka, lebih baik kau menyerah saja! Sebelum padepokanmu ini kuhancurkan!” ujar Bara Jagal mencoba terus menekan Saka Dirga.
“Lihat! Aku masih bisa berdiri, Bara Jagal! Tak perlu meremehkanku! Akan kupertahankan perguruanku sampai titik darah penghabisan! Dan Jangan harap kau bisa mendapatkan kitab ilmu silat itu!” sahut Saka Dirga tak goyah sedikit pun.
Meski keadaan mereka sudah sedemikian terdesak, Saka Dirga bersama muridnya tak menyerah begitu saja. Mereka masih mampu memberikan perlawanan-perlawan dengan sisa-sisa tenaga mereka yang nyaris habis. Situasinya makin terpojok dan mereka makin mundur mendekati area padepokan. Sementara separuh murid Saka Dirga sudah tewas terbunuh. Darah mengalir dari tubuh-tubuh yang terluka sehingga membentuk genangan yang mengerikan. Tidak lama lagi halaman padepokan itu akan menjadi kuburan masal.
“Bagaimana ini, Guru?” tanya Arya Wisesa mulai panik.
“Sebisa mungkin aku akan menghadang mereka agar tidak bisa masuk ke padepokan. Dan tugasmu Arya, segera masuk ke dalam dan amankan kitab ilmu silat itu!” perintah Saka Dirga.
“Ta– tapi… bagaimana dengan Guru? Aku tak mau meninggalkan Guru sendirian di sini. Jumlah mereka sangatlah banyak.” Arya tak segera menuruti, karena itu cukup masuk akal. Bagaimanapun ia sangat khawatir dengan keselamatan gurunya.
“Cepat! Arya, sebelum mereka menemukannya. Nasib perguruan ini ada di tanganmu! Pergilah!” perintah Saka Dirga sekali lagi.
“Ba– baik Guru,” sahut Arya. Dan dengan terpaksa akhirnya ia meninggalkan gurunya yang harus bertempur mati-matian seorang diri. Kini ialah satu-satunya orang terkuat di perguruan itu. Sementara para murid-muridnya tampak sudah sangat kewalahan.
“Murid-muridku, bertahanlah!” teriak Saka Dirga memberi perintah. “Jangan sampai mereka berhasil masuk ke padepokan!”
Melihat Saka Dirga dan murid-muridnya yang kian terpojok, Bara Jagal pun langsung berinisiatif menyusupkan beberapa muridnya untuk masuk ke padepokan dan merebut kitab ilmu silat itu. Dipanggilah tiga orang muridnya yang terkuat dan membawa pedang.
“Hei, kalian! Masuklah ke dalam padepokan itu. Geledah semua ruangan, lalu ambil kitab ilmu silat itu! Awas kalian, jangan sampai gagal!” perintah Bara Jagal sangat berambisi.
“Siap Guru,” jawab muridnya sambil menunduk sopan dan langsung pergi menuruti perintahnya.
Mereka diam-diam menyelinap dari samping saat Saka Dirga beserta murid-muridnya sedang sibuk bertarung menghalau serangan demi serangan yang dikomando oleh Ronggowelang dan Amukraga Kencana. Hanya Bara Jagal yang sedari tadi belum turun ke medan pertarungan. Ia masih mengamati situasi sebelum bertindak.