Bak buk bak.
Suara seperti pukulan bergema di sebuah gua. Ada 3 orang yang tengah bertarung dan saling berteriak keras.
"KAMU PIKIR AKU AKAN DIAM SAJA. DASAR BEDEBAH!" teriak salah satu dari Mereka yang menggunakan bendo berhiaskan manik emas.
"Orang manja sepertimu tidak layak jadi Raja. Kamu bahkan lebih pengecut dibandingkan kakakmu, hahaha!" sebuah perkataan yang diiringi tawa kini bergema nyaring.
"Persetan dengan Gusti Adi! Kami akan menangkap kalian berdua lebih dulu!" ujar salah seorang dari mereka yang hanya terlihat bagian matanya.
Lalu perkelahian kembali berlangsung. Ketiganya melancarkan jurus masing-masing dan memukul dengan kepalan tangan. Ketika menghantam sebuah batu, seketika terbelah menjadi dua.
"Kamu lihat. Jika itu hanya kepala manusia, tentunya sudah hancur!" ujar seorang yang telah memukul batu.
"Biadab!" ujar pria dengan bendo mahkota itu dan bersiap mengeluarkan tenaga dalam.
Tidak hanya dia seorang, kedua lawannya juga mengeluarkan jurus tenaga dalamnya. Dalam waktu bersamaan ketiganya beradu kesaktian.
Tletaaaarrrrr!
Ketiganya terpental keras hingga menubruk bebatuan dan tanah. 2 orang yang menjadi lawan dari salah satunya telah tak sadarkan diri.
"Orang suruhan Mereka ternyata lumayan juga," ujar pria yang masih berdiri. Dengan dandanan layaknya orang besar dari kerajaan, memperlihatkan akan stastusnya.
Dia pergi beranjak dari gua di mana ia bertarung. Masih ada darah di ujung mulutnya tapi tidak ia hiraukan. Dia melihat sekeliling lalu membuat isyarat panggilan.
Pwiiiiiit.
Prak prak tak tok tak.
Bunyi dari siulan itu kini di balas dengan datangnya seekor kuda putih, yang tiba-tiba datang dari kejauhan. Kuda itu berlari mengikuti arah di mana siulan itu berasal.
"Aku harus mengejar kakakku, sebelum Dia benar-benar masuk ke perkampungan mati itu. Hiyaaah!" ujar pria itu lalu memacu kudanya dengan cepat.