Surya Sukma sudah berada di kampung kecil itu selama lebih dari 2 minggu. Yang hanya bisa ia lakukan di sana adalah menunggu dan sesekali berinteraksi dengan warga kampung.
Seperti yang selalu di lakukan oleh Dandi, pemuda itu selalu menghilang dengan pergi tanpa tahu melakukan apa. Surya Sukma tidak punya pilihan lain karena, bagaimanapun hanya Dandi yang tahu bagaimana orang yang bernama Oza Sagara.
Semua yang dilakukan oleh Surya Sukma hanya sebatas untuk menunggu. Terlebih setelah 3 minggu tentunya Dandi akan menunjukan dan mempertemukan Surya Sukma dengan Oza Sagara sesuai janji.
Yang harus dilakukan Surya Sukma adalah tetap bersabar, semua ini agar semua usahanya tidak sia-sia dengan datang ke hutan yang sudah sangat dilarang keras di masuki manusia.
Karena tidak ada cara lain bagi Surya Sukma untuk menyelesaikan semua masalah ini jika bukan dari akarnya. Oza Sagara adalah satu-satunya harapan bagi Surya Sukma untuk melawan para musuh dengan telak.
"Ke mana perginya Dandi saat ini?" ujar Surya Sukma yang bosan.
***
Kedua Raden yang terpojok dengan semua tubuh tercincang yang bergelimpangan penuh darah yang mengalir itu, tak bisa bergerak. Tiba-tiba tubuh mereka menjadi kaku layaknya batu.
Sesuatu yang tidak terduga telah terjadi, hanya dalam waktu seperkian detik semua gerombolan penyerang itu mati mengenaskan. Tubuh mereka terpotong-potong layaknya serpihan.
Masih ada darah yang terus mengalir di jalanan tempat mayat itu bergeletak. Aliran darah berwarna merah itu kini tercium anyir karena hembusan angin malam yang dingin.
Raden Aji Sukma dan Raden Gyan Harsa, tetap berdiri di tempat mereka tanpa ingkah sedikitpun. Mereka cukup kaget melihat sesosok pria, yang tidak terlalu tinggi dengan pakaian serba hitam dan menggunakan caping.
Melihat penampakan sesorang dengan tiba-tiba membantu Mereka, mungkin Dia bukanlah musuh bagi Mereka berdua. Jadi Raden Gyan Harsa mencoba untuk berbicara pada orang tersebut.
"Maaf, sampeyan ini siapa yak?" begitu tanya Gyan Harsa kepada pria di depan mereka berdua.
"Harusnya Saya yang tanya, sampeyan berdua ini mau pergi ke mana?" tanya balik pria dengan caping tersebut dengan tatapan tajam.