"Kamu, duluan saja pulang. Aku mau menangkap Musang itu dulu," ujar Dandi kepada Raden Surya Sukma dan berlari mengejar ke arah di mana Musang tadi pergi.
"Kenapa bisa ada pemuda aneh sepertinya? Bikin heran saja," begitu yang dikatakan oleh Raden Surya Sukma dan bergegas pergi menuju ke rumah milik Dandi.
Sementara itu ada beberapa orang tengah melihat cerminan Raden Surya Sukma dalam sebuah Paso Benggala. Mereka tengah memperhatikan gerak gerik dan di mana keberadaan Raden Surya Sukma saat itu.
"Jadi, di mana Raden Surya Sukma kini berada?" tanya seorang Pria dengan kumis dan jenggot lebat. Pakaian Pria itu tampak sangat mewah, itu menandakan ia berada dalam status sosial tinggi di masyarakat.
"Bisa di lihat, bahwa Dia sekarang masih sendirian di sebuah tempat yang mirip pedesaan, ada hutan juga di sana," ujar seorang nenek tua yang memiliki sebagian rambut yang telah memutih. Dia adalah orang yang menggunakan Paso Benggala tersebut untuk. Melacak keberadaan Raden Surya Sukma.
"Tidak banyak desa atau perkampungan dengan hutan lebat, tapi mungkinkah Kami harus mencarinya kesetiap tempat? Itu membuang-buang waktu, ia pasti sudah keburu kabur ke tempat lain," ujar pria dengan kumis dan jenggot tebal tersebut berkata dengan bersungut-sungut.
"Kisanak ini tahu, bahwa yang sedang dicari adalah Pangeran kerajaan dan anaknya Gusti Adi. Tentu ia punya ilmu penghalang untuk bisa di cari dengan mudah. Tapi tenang. Kisanak tidak perlu risau. Semua bisa Saya atur," ujar nenek tua itu dengan angkuh.
"Dia harus segera dilenyapkan, ada banyak kunci yang Dia punya bisa membobol rahasia kami semua nanti," ujar Pria itu dengan nada marah.
"Lantas, kenapa begitu terburu-buru ketika menghadapi anak lanang menak sepertinya?" tanya nenek tua itu kini penasaran.
Nenek tua itu berpikir, kebanyakan orang-orang besar meminta bantuannya setelah mengalami banyak hal menyusahkan dalam menangani seseorang atau kelompok.
Mengherankan bahwa yang kini tengah dicari dan diburu hanya seorang pemuda yang tidak terlihat kuat ataupun berbakat. Hanya sekedar junjungan dari kalangan kelas bangsawan. Biasanya mereka tidak memiliki sesuatu ilmu ketika masih diusia belia.
"Nyai Roroh harus tahu, bahwa anak itu sulit ditangkap. Semua pembunuh bayaran yang Saya kirim sudah habis dan tidak ada kabarnya," ujar Pria berkumis itu kini tampak semakin marah dan kesal sambil menggaruk janggut tebalnya.