Suara gelembung air terdengar samar. Kepalaku terasa berat seakan ditindih tumpukan batu, meneleng sedikit pun tak bisa. Kegelapan ini masih membayangi ingatanku. Entah aku berada di mana, kedua mata ini pun perlahan terbuka untuk memastikannya. Sekelebat bayangan berubah terang ketika tubuhku disentuh oleh seseorang.
“Jo!”
Mataku benar-benar menyala setelah suara seseorang yang sangat kukenali ini memanggil namaku. Ketika melihat Kak Banu, pandanganku yang terbatas ini berusaha meraih apa pun yang bisa kutemukan.
Aku dapat melihat. Tubuhku sedang berbaring di ranjang, berada di ruangan yang serba putih dalam pandangan yang terbatas ini.