"SELAMAT DATANG BUDAKKU!" batin pria itu berbicara, tampak seringaian misterius terbit di bibir sexynya.
Xavier masih menatap gadis kecil yang sudah berstatus menjadi istrinya menggantikan kekasih yang kabur entah kemana. Tapi, dia tidak perlu khawatir karena pria itu sudah menyebar anak buah untuk mencari perempuan yang tidak tahu diri itu. Dia harus membayar semua perlakuannya yang telah membuat dia malu, dan untuk sementara adiknya lah yang akan menggantikan peran melaksanakan hukuman.
"Sampai kapan kau akan berdiri di sana?'' tanya Xavier datar dan dingin.
Nandini perlahan mengangkat kepalanya, menatap laki-laki yang kini sedang duduk di pinggiran ranjang kecilnya. Ya Nandini di beri kamar yang mempunyai ukuran sangat kecil, berbeda dengan kedua kakaknya yang mempunyai kamar yang sangat luas. Tapi, bagi Nandini itu lebih baik daripada dia harus tinggal dan tidur di gudang yang kotor juga pengap.
"M—maaf,” cicit Nandini pelan.
Xavier menatap intens gadis itu. Ada rasa yang tak bisa dia artikan ketika menatap mata hazelnya yang berwarna coklat terang. Wajahnya yang cantik juga membuat dirinya tidak bisa berpaling, Xavier tidak menyangka jika Abrian dan Meylan mempunyai adik secantik ini, karena yang dia tahu jika Meylan hanya mempunyai satu saudara yaitu Abrian.
"Minta maaf untuk apa! Apa kamu mempunyai salah padaku?" suara bariton itu terdengar tegas dan datar. Di tambah dengan raut muka Xavier yang tegas dan terkesan dingin membuat nyali Nandini seketika menciut takut.
"A--aku meminta maaf k--karena aku terpaksa menggantikan posisi kakakku," ucap gadis itu pelan dan menundukkan kepalanya. "I--bu berkata jika aku hanya menggantikan sementara saja, kelak jika kakak kembali, dia ... Dia akan kembali pada Anda," lanjutnya pelan.
Xavier tersenyum miring. "Jika aku tidak mau, bagaimana?" tuturnya disertai senyuman yang tipis.
Mendengar perkataan yang terucap dari bibir pria tersebut membuat Nandini mengangkat wajahnya, memberanikan diri kembali menatap laki-laki yang sudah berstatus suami. Ah suami? Hanya sekedar memikirkannya saja Nandini tidak berani. Keningnya mengkerut tampak heran dan tak mengerti akan maksud ucapan pria tersebut. Ingin sekali dia menolak, tapi jika takdir sudah bertindak apa yang bisa dilakukannya.
"A—ku tidak tahu," lirih Nandini.
Xavier terkekeh. "Kau yang akan menggantikannya menjalani hukuman dariku! Bersiaplah." Ucapan datar itu terdengar menakutkan di telinga Nandini, apalagi ketika melihat seringai di bibir pria itu.