Emran di sebuah halte bis umum. Ia duduk sampai sembari melihat kanan kiri lalu tersenyum ceria. Di sini tempat paling bersejarah saat ia pertama kali bertemu calon istrinya. Saat itu Fiona yang bekerja sebagai SPG susu formula berdiri di sini untuk berangkat kerja. Saat itu motor Emran di servis hingga ia harus berangkat ke tempat kerjanya menggunakan bis. Fiona sangat cantik, tubuhnya tinggi, sintal dan juga berkulit kuning langsat. Rambutnya yang panjang di gelung rapi. Semua orang menatapnya takjub, karena ada perempuan sesempurna itu. Namun ada yang membuat kager, seseorang merebut tas yang Fiona pakai lalu berlari secepat kilat. Tak ada orang yang sanggup mengejar padahal Fiona sudah berteriak nyaring meminta tolong. Emran sebagai lelaki bergerak dengan gesit. Mengejar si penjambret sampai ketemu. Tidak sulit memang menjegal sang penjambret lalu menghantamkan tinju. Emran adalah seorang lelaki kuat di arena tarung namun yang membuat hatinya membuncah gembira adalah Fiona menganggapnya sebagai pahlawan sekaligus lelaki menakjubkan.
Setelah itu keduanya dekat lalu lanjut sebagai pacar. Setelah beberapa kencan dan mengenal satu sama lain, Emran merasa yakin jika Fiona memang jodohnya. Walau Fiona punya beberapa sifat yang tak sesuai dengannya namun Emran yakin jika lama- kelamaan setelah mereka menikah dan memiliki anak, Fiona juga akan berubah. Emran meraba kantong celana kainnya. Mengambil sebuah otak kecil yang terbuat dari beludru. Ada sebuah cincin yang Fiona inginkan, Cincin berhiaskan berlian kecil yang harganya cukup mahal. Semahal apa pun harganya, untuk Fiona. Emran akan memenuhinya. Kecantikan Fiona memang sesuai untuk cincin ini.
***
Gendhis Cuma memakai celana jeans hitam dengan atasan kemeja batik berleher model sanghai. Rambutnya Cuma di kuncir biasa, berbeda jauh dengan Fiona yang nampak menakjubkan dengan kebaya berwarna emas dengan bawahan jarik mega mendung yang membentuk lekuk tubuhnya yang sempurna. Pantas Emran tergila-gila pada perempuan itu. Fiona perwujudan dari wanita dewasa yang sempurna sangat cocok bersanding sebagai istri Emran. Berbeda dengan Gendhis yang memiliki tubuh sekurus tiang, maklum dirinya masih anak SMA.
Semua orang yang hadir mengucapkan selamat untuk lamaran ini termasuk Gendhis namun sayang hatinya menjerit tak terima, apalagi tanggal pernikahan mulai di tentukan. Apa tidak berdosa jika ia mendoakan pernikahan Emran batal. Namun tak ada yang mengabulkan doa gadis bengal seperti Gendhis yang jarang beribadah.
**
Semakin lama benda-benda yang dibutuhkan untuk pernikahan berdatangan dan memenuhi rumah Munah. Gendhis melihat sekeliling sembari membantu ibunya menata barang. Harusnya barang-barang ini digunakan untuk pernikahan Gendhis nanti namun sangat di sayangkan pria pujaannya meminang perempuan lain. Takdir Gendhis mungkin di gariskan lain, nanti akan ada pemuda setampan Emran yang akan mengajaknya menikah namun pikiran positifnya bubar setelah melihat seorang lelaki, teman satu kampungnya yang memanggul beras. Entah apa yang Tono lakukan di sini. Ibunya belum membutuhkan kuli panggul. Lebih baik pamit ke rumah Siti dari pada harus menyaksikan rumahnya di penuhi barang untuk membuat calon istri Emran bahagia. Tanpa pamit, ia berjalan keluar halaman namun saat hampir sampai jalan. Ada seseorang yang berjalan tergesa-gesa berjalan dan menubruk bahunya hingga Gendhis oleng.
****