Cobaan Gendhis berhubungan dengan Emran tak usai begitu saja. Ibunya melemparkan perwaliannya untuk mengambil raportnya pada Emran. Sudah berangkat dan pulang selalu di antar jemput, sekarang pun kelemahannya terhadap pelajaran juga harus dibuka.
Emran juga kenapa datang ke sekolah memakai kemeja biru tua serta celana kain hitam di padukan sepatu mengkilat. Emran berdandan seperti orang yang hendak ke kantor. Apalagi ditambah kaca mata hitam yang meresahkan itu. Wali kelasnya saja sampai terpesona, karena Emran datang membawa mobil hitam mengkilat. Gendhis tahu pesona suaminya begitu kuat terlebih pada kaum wanita, mulai dari guru, wali murid sampai siswa. Untungnya Para kawannya Cuma tahu kalau Emran adalah abang Gendhis.
“Abangmu tambah cakep.” Sejak sering di antar pulang, Mitha menjadi fans garis keras Emran. Apa yang menarik dari sosok Emran, Cuma tampan tapi akhlak nol. Mereka tak tahu kalau Emran itu pedofil, bernafsu sama anak di bawah umur belum lagi pekerjaan Emran begitu misterius. Kerja belum ada setahun tapi pria itu sanggup memberinya uang banyak serta membeli mobil baru. Begitu-begitu Gendhis juga pernah naksir dulu.
“Dia kapan punya istrinya?” tanya Nur menambahi. “Aku lulus SMA saja terus nikah sama dia, gak apa-apa. Aku ikhlas lahir batin.” Gendhis yang tak ikhlas jika harus dimadu dengan kawannya.
“Dia Dulu sempat mau nikah tapi gagal.”
Mitha dan Nur langsung merapat ke arah Gendhis. “Yang bener kamu. Kesempatan kita dapatin abang kamu masih terbuka lebar.” Sayangnya Kesempatan mereka tak sengaja Gendhis hanguskan.
“Eh siapa yang bilang. Bang Emran sudah punya calon istri, berkali-kali lipat lebih cantik dari kalian.” Gendhis tersenyum culas. Yang dimaksudnya adalah dirinya sendiri. Tak apa narsis sedikit. Tak jelek jadi istri Emran, hanya ia keberatan jika harus melayani pria itu di ranjang.
“Gendhis ayo pulang.” Panggil Emran dari kejauhan dan istri kecilnya langsung pamit meninggalkan temannya dengan perasaan dongkol. Khusus untuk hari ini Gendhis tak menyediakan tebengan. Berdua di dalam mobil tidak menakutkan lagi. Sejauh ini Emran tak berani menyentuhnya tanpa ijin.
***