Aditama dan Winda yang ikut menginap di kamar lain yang letaknya tak jauh dari kamar Arga dan Nayla, merasa sangat syok. Di saat mereka sedang keluar kamar, tiba-tiba saja keduanya melihat ada sesosok gadis muda yang sedang berdiri di depan kamar pengantin.
"Larissa!" pekik keduanya, secara bebarengan membelalakan mata.
Lalu dengan sangat panik, sebelum Arga sempat membuka pintu, terlebih dahulu pasangan suami istri itu langsung menghampiri dan menyeret anak gadisnya tersebut untuk masuk ke dalam kamar mereka.
"E-eh ... Papa, Mama!" Larissa terpekik kaget. Karena tiba-tiba saja ada yang menarik tubuhnya dari belakang.
"Stt ...." Kedua paruh baya itu langsung melotot dan menempelkan jari telunjuk di bibirnya masing-masing.
"Jangan berisik, Rissa!" tandas Aditama.
"Ya ampun, Rissa! Kamu ke mana saja, Sayang? Sukurlah kamu sudah kembali. Jadi, Mama sama Papa gak perlu susah-susah lagi cariin kamu," sambar Winda. Sembari memeluk tubuh gadis itu, ia kini bisa bernafas lega.
"Tunggu-tunggu, Mah, Pah! Sebenarnya ada apa ini? Kenapa di berita internet tadi dikabarkan kalau Arga itu telah menikahnya denganku?" tanya Larissa merasa sangat kebingungan.
"Ini semua juga gara-gara kamu, Rissa!" bentak Aditama yang merasa cukup kesal dan emosi dengan anak gadisnya ini.
"Loh, kok aku?" protes Larissa.
"Iya, kalau bukan karena kamu yang kabur dari rumah. Papa sama Mama gak perlu repot-repot cari pengantin palsu buat gantiin kamu di pelaminan tadi!" sambung Aditama.
"Apa?! Pe-pengantin palsu?" Dengan mengerutkan dahi, gadis berambut pirang itu tampak semakin kaget dan kebingungan saja. "Ja-jadi cewek itu --"
Winda menggangguk. "Ya, Mama dan Papa terpaksa menyuruh Nayla menjadi pengantin palsu."
"Hah! Nayla?!" Gadis berusia 23 tahun itu kembali terpekik kaget. Sungguh ia benar-benar tidak mengira kalau penggantin palsunya itu adalah Nayla. Seorang pelayan yang baru bekerja di rumahnya beberapa bulan yang lalu. "Kok, bisa?"
"Ya bisalah. Untung saja Papa sama Mama bisa berpikir cepat. Sehingga bisa menemukan ide itu," sahut sang ayah geram.
"Iya, dan kebetulan juga si Nayla-nya mau. Ya, walaupun harus dipaksa sih. Jadi, kita langsung melakukan kerjasama gitu," lanjut Winda.
"Berarti, sekarang Nayla sedang berada dalam satu kamar dengan Arga dong? Kalau sampai ketauan bagaimana, Pah? Dan juga ... bila sampai keduanya melakukan itu --"