Keesokan harinya.
Dengan rasa kantuk dan lelah yang luar biasa, perlahan Nayla mulai terbangun. Di antara setengah sadar ia merasa seperti habis mimpi bercinta dengan seorang pria yang sangat tampan, menawan dan gagah perkasa di atas ranjang. Sehingga membuat tubuhnya merasa sangat kelelahan.
"Tetapi, kenapa seperti nyata, ya? Dan kenapa pula badanku ini terasa sakit semua?" ujarnya membatin.
Pelan-pelan gadis itu membuka mata dan mulai menngedarkan pandangannya ke sekitar. Dan betapa tekejutnya ia, ketika menyadari bahwa ia tidak berada di kamar yang biasanya ia tempati.
"Di mana aku?" gumamnya merasa kebingungan. Ia masih belum menyadari apa yang tengah terjadi padanya semalam.
Lalu di detik berikutnya, ia merasa semakin syok.
'Degg!'
Seketika itu ia membelalakan matanya ketika merasa ada sebuah tangan kekar yang sedang memeluk pinggangnya dari belakang.
Dengan dada yang bergemuruh, badannya kini serasa membeku dan tidak bisa digerakan. Lalu dengan tangan yang bergetar ia mulai menyibak selimut tebal yang menutupi seluruh tubuhnya. Dan ....
"Hah!" Sontak ia membekap mulutnya dengan kedua tangan. Sungguh dirinya benar-benar merasa sangat syok ketika mendapati dirinya kini dalam keadaan telanjang bulat tanpa ada sehelai benang yang menempel di tubuhnya.
"A-apa yang terjadi semalam? Jangan-jangan ... tidak-tidak tidak!" Seketika itu Nayla menggelengkan kepalanya. Ia merasa tidak percaya.
Kemudian dengan nafas yang memburu, gadis itu mulai menoleh ke arah belakang.
"Aaa ... di-dia!" pekiknya merasa semakin syok saja, di saat melihat sesosok lelaki yang dalam keadaan polos sama sepertinya itu sedang tertidur pulas di sana.
Kini dirinya baru menyadari apa yang telah dialaminya tadi bukanlah mimpi belaka. Melainkan sebuah kenyataan kalau ia benar-benar telah melewati malam panas bersama laki-laki yang ada di belakangnya ini.
Perlahan bulir-bulir bening seperti kristal mulai menganak sungai mengalir deras di kedua pipinya. Dengan samar-samar sekelebat bayangan peristiwa semalam mulai berseliweran di ingatannya. Di mana dengan setengah sadar ia masih bisa merasakan bagaimana bringasnya lelaki itu menggagahinya.
Namun, ia tidak bisa melawannya karena pengaruh obat tidur yang diminumnya membuatnya tidak berdaya untuk melakukan perlawanan. Sehingga pada akhirnya hilang sudah mahkotanya. Dan yang tersisa adalah penyesalan.
"Ya Allah, apa yang telah terjadi denganku? Kenapa semuanya jadi seperti ini ya, Allah! Hiks ... hiks!" Dengan tubuh yang bergetar hebat, gadis itu mulai menangis meratapi peristiwa semalam.
"Dasar bodoh kamu, Nayla! Kenapa kamu ceroboh sekali! Sehingga malah kamu sendiri yang meminum minuman itu, huh!" Dengan merasa frustasi Nayla menarik dan mengacak-acak rambutnya sendiri.
Sungguh ia benar-benar merasa sangat bodoh dan sangat hancur sehancuh hancurnya. Bagamana tidak? Kehormatannya yang selama ini ia jaga dengan sepenuh hatinya, kini telah hilang direnggut oleh suami palsunya ini.
"Terus, sekarang aku harus bagaimana ya, Allah?" Pikirannya kini menjadi sangat kalut tidak karuan. Sungguh di luar dugaaan, apa yang ia takutkan benar-benar telah terjadi menimpanya.
Deg!