Pengantin Raja Direwolf

BunnyTary
Chapter #2

2. Malam Pertama

Sehari sebelum hari pernikahan.

"Yang Mulia, apakah ini harus dilakukan?" tanya penasihat kerajaan.

Pejabat istana dan beberapa bangsawan berkumpul di ruang rapat istana. Mereka meminta penjelasan Raja Ditrian.

"Kita tidak tahu apa niat Baginda Kaisar hingga beliau menikahkan Anda dengan ...," ucapan penasihat terhenti. Semuanya paham.

"Titah Baginda Kaisar adalah perintah dari langit. Perintah dari para dewa. Jika kita mengabaikannya, bisa terjadi hal yang buruk," balas Raja Ditrian.

"Yang Mulia ... ini akan jadi pernikahan Anda yang pertama. Bisakah Anda menunda pernikahan dengan Putri Sheira? Kami bisa mencarikan Anda perempuan yang lebih baik untuk dijadikan ratu. Dari keluarga bangsawan Direwolf yang baik. Dan-"

"Grand Duke Everon," potongnya. "Dahulu Kerajaan Canideus jatuh pada kekaisaran karena melawan kehendak dewa. Saat kakek buyutku menolak melaksanakan titah kaisar, gempa bumi hebat juga terjadi di kerajaan ini."

Seakan sebuah pengetahuan ilahiah yang umum bahwa anggota keluarga kekaisaran telah mendapat berkat dari Para Dewa secara cuma-cuma. Seakan ... dewa-dewa terdahulu yang memberkati para Direwolf telah mencampakkan mereka. Entah sebuah kebajikan apa yang telah dilakukan leluhur para manusia sehingga Para Dewa berpihak pada manusia-manusia lemah itu.

"Tetap saja, Yang Mulia. Putri Sheira von Stallon itu sudah tidak punya apa-apa, kecuali gelar kebangsawanannya saja. Bahkan Yang Mulia sendiri yang membunuh kakaknya, Raja Reghar von Stallon."

"Betul, Yang Mulia. Kerajaan mereka sudah runtuh dan dikuasai kekaisaran. Perempuan itu tidak punya kekuatan politik apapun. Anda menikahi wanita yang bukan siapa-siapa. Mohon maaf Yang Mulia ... saya rasa ini bukanlah sebuah hadiah untuk Anda."

"Aku juga tidak akan menempatkan Putri Sheira di pemerintahan. Dia hanya selir. Bukan begitu Lady Emma?"

Seorang wanita Direwolf paruh baya mengangguk. Rambutnya berwarna hitam diikat rapi, senada dengan telinga anjing kecil hitam yang terkulai di kepala. Ada beberapa uban di sana. Gaun biru sederhananya kontras dengan pakaian para bangsawan. Mungkin ini juga pertama kalinya ia berada satu ruangan dengan para bangsawan, raja, dan pejabat kerajaan. Berdiskusi tentang pernikahan raja mereka dengan putri dari negeri jajahan.

Dialah Lady Emma sang kepala dayang. Pertama kalinya setelah sekian puluh tahun mendiang ratu meninggal. Akhirnya akan ada perempuan baru yang ia layani.

"Benar, Yang Mulia. Seorang selir hanyalah selir. Bahkan jika Yang Mulia memiliki anak dari seorang selir, anak itu tidak akan pernah bisa menjadi pewaris kerajaan. Atau menerima hak-hak sebagai pangeran atau putri kerajaan."

xxx

Setelah semua perdebatan itu, ia menikahi seorang perempuan asing. Entah siapa. Kini, setelah bertahun-tahun lamanya, ia memiliki seorang istri. Wanita yang harus ia nikahi karena titah Kaisar Julius.

Titah kaisar. Artinya perintah itu tidak bisa dipertanyakan apalagi ditolak. Seorang kaisar hanya bisa memberikan sepuluh titah seumur hidupnya. Membayangkan Kaisar Julius menggunakan salah satu kesempatan dalam hidupnya untuk Raja Ditrian. Entah harus merasa terhormat, atau merasa dijebak.

Dalam titahnya, Kaisar Julius menyebut, memberi hadiah kehormatan untuk Raja Ditrian von Canideus karena telah mengalahkan Kerajaan Galdea. Kerajaan yang berabad-abad menjadi musuh kekaisaran. Kaisar memberinya wilayah Galdea Timur yang luas, dan seorang putri untuk dinikahi.

Tidak ada yang tahu akan seperti apa. Semua orang telah menyiapkan pesta sambutan. Raja Ditrian juga memakai baju terbaik untuk menghormati kedatangan calon istrinya.

Namun yang datang padanya hari itu adalah sebuah penghinaan.

Raja Ditrian tidak punya pilihan. Itu adalah titah kaisar. Perintah para dewa dari langit. Dia juga tak ingin orang-orangnya menderita hanya karena dirinya menolak sebuah pernikahan yang sepele.

Lihat selengkapnya