Pengantin Raja Direwolf

BunnyTary
Chapter #4

4. Ciuman di Pesta

Ditrian canggung. Sungguh, demi dewa, dia ingin sekali bisa leluasa berbincang dengan Evelina. Dan Grand Duke Everon memasang wajah itu!

Ya. Wajah yang mengatakan pada Ditrian, 'Ayolah kawan! Jangan buang kesempatan ini!' Dan Ditrian tahu apa maksudnya.

Pria itu dengan hati-hati menoleh pada Sheira.

"Mm ... Tuan Putri-"

"Aku merasa haus," potong Sheira tiba-tiba. Seakan bisa membaca situasi itu, Sheira menyergah kalimat Ditrian. "Yang Mulia Raja, Yang Mulia Grand Duke, dan Lady Evelina ... aku mohon pamit. Silahkan berbincang. Jika Yang Mulia Raja membutuhkanku, aku akan berada di sebelah barat aula. Permisi, dan nikmati pestanya," Putri Sheira tersenyum sembari melepaskan gandengan pada Ditrian. Ia mendesis singkat pada dekat punggung Ditrian hingga hanya dirinyalah yang bisa mendengar bisikan Sheira berikutnya. "Seperti angin." Ia mengingatkan pada lelaki Direwolf itu sebuah janji sebelum pesta tadi. Sheira membungkuk sedikit pada mereka bertiga, lalu pergi.

Tanpa Ditrian sempat mengangguk atau mengijinkan, ia melengos begitu saja. Melenggang melewati tamu-tamu seolah merasa tidak akan ada yang memperhatikannya. Tapi para bangsawan Direwolf ini tentulah menatap sinis saat ia lewat. Ditrian masih menatapi punggung Sheira hingga ia menghilang dalam kerumunan tamu bangsawan.

"Syukurlah dia pergi," Everon menggumam lirih. Ia beralih lagi, "Yang Mulia ...."

"Y-Ya?" Ditrian disadarkan oleh Everon. Wajahnya kembali tertengok pada mereka berdua.

"Anda bilang padaku kemarin ingin berbincang dengan Lady Evelina."

'Apa iya?'

Everon mengedipkan sebelah matanya.

'Oh ....' Ditrian paham kedipan itu.

"Saya merasa tersanjung karena ternyata Yang Mulia juga memperhatikan saya," ucap Evelina.

"A-ah begitu ...."

Evelina mengangguk sambil tersipu malu.

"Yang Mulia Grand Duke Everon bilang, Yang Mulia Raja menanyakan tentang saya sesekali. Saya merasa sangat terhormat."

"Sepertinya Grand Duke Everon memang pandai menyampaikan sesuatu." Mata Ditrian menatap puas sepupunya itu. Everon hanya cengar-cengir. Ia merasa tugas utamanya malam ini sudah selesai.

"Baiklah. Aku akan meninggalkan Lady Evelina dan Yang Mulia Raja. Aku masih harus menemui beberapa bangsawan. Selamat menikmati pestanya."

Begitu sengaja Everon meninggalkan mereka berdua.

Ditrian yang gugup kini menghadapi sosok Evelina yang berbinar. Gadis itu terlihat bersemangat. Namun sang raja tidak tahu harus mengobrol apa. Rasa-rasanya, ini memang pertama kali dirinya memiliki sebuah niat untuk mendekati seorang gadis. Ia begitu berusaha menenangkan jantungnya yang seperti genderang perang. Ia bisa merasakan bulir keringat menetes di tengkuk dan pelipis.

Biasanya Ditrian akan seperlunya saja pada gadis-gadis bangsawan. Namun yang ia hadapi sekarang adalah anak perempuan dari Duke Gidean von Monrad. Mau dikata bagaimanapun, Everon benar. Evelina berhasil memikatnya. Meskipun sebetulnya Everon menugasi lelaki itu untuk mendapatkan simpati Duke Gidean.

Musik dansa mulai terdengar. Beberapa tamu mulai berdansa. Sebuah ide muncul entah dari mana.

"Lady, apakah Anda mau berdansa denganku?" ajak Ditrian sembari tersenyum.

Evelina terkejut. Senang sekali kelihatannya. Senyuman Ditrian itu memang bisa memikat wanita manapun. Ia sering tidak sengaja tersenyum pada putri bangsawan di suatu pesta. Berujung mendapatkan surat-surat dari mereka di keesokan harinya.

"Tentu! Tentu saja Yang Mulia!" Ia berusaha menahan tubuhnya untuk berjingkrak. Berusaha tetap anggun. Padahal wajah memerahnya menyiratkan segalanya.

Lihat selengkapnya