Pengantin Raja Direwolf

BunnyTary
Chapter #7

7. Gadis Misterius

Ditrian mengayunkan pedangnya lagi. Mencoba menebas api itu. Tembus.

"Hahaha!" sosok api itu pun tertawa kering. Ia bisa melihat ada rongga di bagian kepala yang seperti mulut sedang menganga. "Kau pikir bisa menyentuhku?!"

Ia lalu menarik semua api miliknya hingga membentuk sebuah jubah api berwarna merah. Sosok itu pun melayang di udara koridor. Membuat Ditrian mendongak.

Suhu mulai naik. Dada Ditrian berdegup sangat kencang pada sosok yang menyala-nyala itu. Dia tahu mahluk apa itu.

Penyihir api!

Tangan berapinya terangkat.

"Matilah!" pekiknya. Dari tangannya itu, ia menembakkan bola-bola api. Dengan kecepatan tinggi. Dengan membabi buta.

Ditrian dengan tangkas menangkisnya. Pedang itu beradu dengan bola api hingga memercik.

Sang penyihir bertubi-tubi menyerangnya dengan bola api. Entah sudah berapa ratus kali serangan itu terjadi dengan kecepatan tinggi. Ditrian belum kehabisan nafas. Serangan penyihir itu melambat. Hingga ia menghitung ritmenya dan menemukan sebuah celah dimana ia bisa menyerang.

"HAAAA!" Ditrian melompat. Sekali lagi pedang itu berusaha menebas penyihir. Namun tembus. Percuma. Malah itu membuat sang penyihir semakin geram.

Ia terbang lebih tinggi lagi. Hingga Ditrian tak mungkin bisa menggapainya. Kedua tangan berapi itu terangkat ke atas tinggi. Lalu dari udara kosong itu tercipta sebuah pusaran api yang sangat besar.

Ia menyala di seluruh koridor. Seperti matahari siang di langit-langit lorong istana ratu. Obor-obor yang lain pun ikut membara. Seluruh koridor sudah seperti tungku. Ditrian terkepung.

"Awas!" seru seseorang.

Pusaran itu mengeluarkan api seperti air terjun. Menyembur ke bawah. Tepat di atas kepalanya.

Dia akan mati kali ini. Itu yang Ditrian pikir.

Namun sebuah perisai tercipta di udara. Perisai tembus pandang berbentuk cakram yang menyerap semua api. Ada seseorang yang menengadahkan tangannya ke atas, seolah dialah yang mengendalikan perisai itu. Kejadian itu sangat cepat. Mungkin hanya sepersekian detik. Jika perisai itu tak muncul, Ditrian sudah matang sekarang.

Setelah api berhenti menyembur, ia menggerakkan kedua tangannya. Terciptalah tulisan-tulisan aneh bercahaya di awang-awang. Lalu muncul perisai cakram lain yang baru. Berwarna ungu.

Perisai ungu di atas kepala mereka mengeluarkan api juga. Kali ini mengarah pada sang penyihir. Semburannya tepat mengenainya.

"Aaaaakkkkhh!" penyihir itu berteriak kesakitan. Api-apinya perlahan padam. Termasuk beberapa obor di koridor dekat mereka.

Ia terjatuh di lantai dan berguling-guling hingga api di seluruh tubuhnya mati. Teriakan pilunya hening. Hanya ada jelaga dan abu di sana, di lantai marmer istana ratu. Lalu debu-debu itu lenyap begitu saja. Seolah mahluk itu tidak pernah ada. Seolah serangan-serangan itu tak pernah terjadi.

Ditrian melihatnya dengan ngeri. Penyihir api itu telah mati. Ia bisa mendengar nafas wanita di sampingnya terengah.

Gaun ini ... tidak asing.

"Kan sudah kubilang 'tunggu'!" pekiknya kesal. Suara ini ... tidak asing.

Ditrian mendongak. Dia pikir ... dia tahu ... tetapi ....

"Kau ... siapa?" tanyanya.

Cahaya di koridor itu memang remang. Namun, mata Direwolf-nya bisa melihat dengan jelas.

Wajah ini begitu asing.

"Apa maksudmu kau siapa?! Aku ini Shei-," wanita itu terbelalak. Dia terlihat lebih terkejut dari Ditrian. Kedua tangannya langsung memegangi wajah. "Oh tidak ... tidak mungkin!" Ia meraba-raba wajahnya dengan kasar. "Ini tidak mungkin terjadi! Wajahku!"

Sosok itu terlihat gusar bukan main.

"Sial!" umpatnya. Panik. Ia berdecak lalu memegangi dahinya. Sudah tak terkejut lagi, kini ia terlihat kesal. "Sial sial sial!"

Lihat selengkapnya