Pengantin yang terlahir kembali

hiskiana
Chapter #2

Kegelapan dan janji #2


Gelap.

Itu yang pertama kali kusadari ketika aku membuka mata—atau mungkin aku bahkan sudah tak lagi punya mata. Tidak ada cahaya lampu kristal, tidak ada senyum tamu undangan, tidak ada denting musik pernikahan. Hanya gelap yang menelan segalanya.


Tubuhku terasa ringan, seolah aku melayang di ruang hampa. Aku tidak lagi merasakan gaun pengantin yang berat, tidak lagi merasakan perih luka yang menusuk dada. Hanya sunyi, sepi yang begitu pekat, hingga aku bertanya-tanya: apakah ini kematian?


Aku mencoba bicara. “Halo…?”

Suara itu bergema, terdengar jauh sekaligus dekat. Seakan ruangan gelap ini adalah cermin dari hatiku sendiri.


Air mata—entah bagaimana—masih bisa mengalir dari mataku, meski aku tahu tubuhku mungkin sudah tergeletak dingin di dunia sana. Apa ini adil? pikirku. Aku baru saja menikah, baru saja mengucap janji di depan semua orang. Dan kini, aku mati, dikhianati oleh orang yang seharusnya melindungiku.


Kemarahan merayap.

Kebencian membakar.

Rasa sakit bercampur dengan keputusasaan.


“Tidak…” bisikku, suaraku bergetar. “Aku tidak pantas mati begini. Aku tidak pantas dipermainkan.”


Lihat selengkapnya