Sudah tidak terhitung berapa kali Bintan geleng-geleng kepala ketika memeriksa setiap sudut kamar 3 x 3 meter persegi ini. Sulit dipercaya betapa ia pernah betah tidur dan beraktivitas di sini. Lihatlah ranjangnya, nyaris tidak ada tempat lagi baginya untuk sekadar meletakkan tubuh. Semua penuh dengan buku.
Jika malam ini ia ingin bisa tidur, maka tidak ada pilihan lain: sekarang juga ia harus kerja bakti membereskan kamar ini. Cara yang luar biasa untuk merayakan hari pertamanya di tahun 2004!
Oh, betapa menyenangkannya. Seandainya Bintan bisa bertemu dengan dirinya di masa remaja, ia pasti langsung akan membelai-belai telinganya sambari berbisik lembut, “Yang rajin dan disiplin jadi bocah, ya, Bro. Jangan sampai nyusahin dirimu di masa depan, Bangsat!”
Bintan mengembus napas panjang. Harus mulai dari mana, nih?
Karena kebutuhannya untuk tidur, ia pun memutuskan area ranjang dahulu. Novel-novel berserakan di atasnya. Bintan mendekat dan memungutnya secara acak. “Hm, Harry Potter and the Goblet of Fire… J.K. Rowling. Lalu apa ini, oh, 5 cm karya Donny Dhirgantoro. The Alchemist… Paulo Coelho. Ayat-Ayat Cinta… Habiburrahman El Shirazy. Terus, aha! Norwegian Wood… Haruki Murakami.”
Setiap buku membawa kenangan sendiri. Setiap kali tangannya menyentuh buku-buku itu, seolah kelebatan-kelebatan nostalgia terputar otomatis di benaknya. Bintan menata buku-buku itu sambil senyum-senyum sendiri.
Beres dengan novel, Bintan beranjak ke tumpukan VCD dan DVD film. Ada Spider-Man 2, Harry Potter and the Prisoner of Azkaban, Troy, Kungfu Hustle, The Village, dan beberapa lainnya. Tidak seperti novel-novel yang ia beli secara resmi, DVD-DVD ini bajakan. Tidak mengherankan. Mana ada VCD atau DVD orisinal di Desa Wufi? Layar tancap saja tidak pernah ada!