Sebut saja namanya Harjo, seorang pemuda yang baru lulus sekolah ini sebenarnya tidak mempunyai tujuan hidup yang jelas. Yang penting bagi dirinya nanti bisa makan dan tidur sepuasnya di rumah. Pada suatu momen ia meminta satu handphone ke orangtua karena merasa hal itu wajar mengingat ia selama sekolah tidak memiliki handphone dari mulai SMP sampai Aliyah. Namun pada saat itu juga bapaknya tidak bisa memenuhi permintaannya dengan alasan belum ada uang. Karena sudah ngebet si Harjo sampai gulang guling di lantai karena merasa ini sudah keterlaluan. Karena sudah tak kuat menahan emosi ia pergi ke pekarangan, duduk di samping pohon asem dan menghadap ke sawah. Sembari bermuka muram Harjo menyayangkan kenapa permintaannya tidak dituruti mengingat ia selama waktu sekolah menjadi anak yang penurut dan tak pernah berperilaku macam-macam tapi saat sudah lulus perihal minta handphone saja susahnya minta ampun, sebenarnya keinginannya tak harus dipenuhi saat itu juga. Andai saat itu bapaknya berjanji akan membelikan ia handphone suatu saat nanti, itu akan membuat hati Harjo lebih tenang karena keinginannya akan dipenuhi. Sambil melamun meratapi, kakaknya memanggil dari belakang untuk menyampaikan bahwa ada yang mencari Harjo dan harus segera ditemui saat itu juga di rumah RT Darim bagian Puntang. Sontak Harjo kaget, siapa orang yang ingin sekali bertemu dengan dirinya sementara ia sedang galau sedih mengeluhkan hidup. Setelah ia datangi, rupanya orang yang ingin sekali bertemu dengannya adalah dua orang berseragam coklat emas yang sempat ia lihat sedang kebingungan seperti mencari rumah seseorang di sekitaran masjid Al-Ikhlas. Harjo sempat melihat mereka sebelum pergi ke pekarangan dan waktu itu ingin sekali menyapa menanyakan sedang mencari siapa namun mulut terasa beku sekali untuk berucap hingga ia mengabaikan dan pergi. Dua orang itu adalah pa Agus sang kepala UPTD kecamatan dan satunya lagi adalah pa Ono kepala SD.