Air mengguyur bumi, menggenangi siapa saja yang dilaluinya. Angin bertiup kencang, menjadikan pepohonan melambaikan tangkainya. Wajahnya dingin, badannya menggigil, seorang gadis menangis di bawah langit hitam. Langkahnya tertatih, menyusuri bahu jalan di sepanjang dinding taman balai kota.
Malam itu, lalu lintas kendaraan tidak terlihat ramai. Jalanan menjadi lengang, hanya ada air yang berlarian. Sekitar pukul sembilan, seorang gadis menyeberangi jalan. Sementara, sebuah sepeda motor melaju kencang, tiba-tiba muncul dari arah selatan.
Ssssssssst…. Hampir saja gadis itu tertabrak. Seorang pria keluar dari gerbang taman, langsung menarik tangan gadis itu, hingga keduanya terjatuh dan beramparan di trotoar.
“Kamu tidak apa-apa?” tanya seorang pria dengan cemas.
“Aku baik-baik saja. Terima kasih, kakak sudah menyelamatkanku.” Gadis itu menjawab dengan gugup. Ia segera berdiri dan mendapati ponselnya tengah berdering. Terlihat dari layar, sebuah panggilan masuk dengan foto sepasang kekasih. Ia menolak panggilan itu, lalu mematikan ponselnya.
“Itu pacarmu?” tanya pria itu seraya berdiri.
“Emm__?”
“Maaf. Aku tidak sengaja melihat fotonya. Kamu mau duduk di sana? Ada penjual minuman enak dan hangat di seberang.” Pria itu menunjuk pada pelataran masjid yang berada di seberang taman. Akhirnya, mereka memutuskan pergi untuk meneduhkan diri.
**