PENGHARAPAN

Estiana
Chapter #10

Penerimaan

Takdirku, kujamu dengan lapang. Meski hati teriris, batinku meringis, aku menerima kenyataan, tamu hanya datang sekejap, tidak untuk menetap.

***

Dalam ruangan khusus, dewan ambalan dan tim alumni sedang berdiskusi teknis acara selanjutnya. Ririn dan Kak Adit telah kembali ke sekolah. Saat Kak Adit memarkirkan sepeda motor, Ririn langsung meninggalkannya tanpa kata. Rupanya, ia menuju masjid sekolah. Ririn mengambil air wudu untuk menenangkan kegelisahannya. Beberapa menit kemudian, Kak Adit datang dengan membawakan makanan.

“Ini, kamu belum makan sejak sore,” kata Kak Adit sembari menyodorkan makanan, lalu pergi meninggalkan Ririn sendirian.

Makanan itu hanya dipandangnya. Ririn tidak berselera makan malam itu. Isya tiba, Ririn menunaikan salat, lalu menuju ruangan panitia. Acara perkenalan alumni berlangsung hingga pukul sepuluh. Selanjutnya adalah waktu untuk calon Bantara beristirahat sebelum melangsungkan sidang Syarat Kecakapan Umum (SKU).

**

Toktoktok.. toktoktok..

“Sebentar!” sahut seseorang dari dalam.

Tepat pukul satu malam, seseorang mengetuk pintu kos dari luar. Seorang perempuan paruh baya membukakan pintu. Ketika pintu dibuka, tampak seorang laki-laki basah kuyup dengan wajah lesu.

“Cari siapa?” tanya ibu kos dengan tatapan waspada. Ibu khawatir laki-laki itu adalah perampok yang sedang menjalankan modusnya.

“Riana, ada? Saya Adiknya,” jawab laki-laki itu mengenalkan diri.

“Ririn belum pulang. Dia sedang ada kegiatan di sekolah. Silakan masuk!”

“Terima kasih, Bu.”

Ibu kos mengizinkannya masuk dan mengantarnya menuju depan pintu kamar Ririn.

“Ini kamar Ririn. Pintunya dikunci, tetapi ibu punya cadangannya. Sebentar, ibu ambilkan kuncinya.”

“Oh. Baik, Bu,” jawab laki-laki itu sambil mengangguk.

Sementara ibu kos mengambilkan kunci, seorang perempuan yang tidak lain adalah teman satu kos dengan Ririn keluar dari kamarnya dan melihat seorang laki-laki sedang bersandar pada pintu kamar temannya.

“Mau ketemu Ririn?” tanya Anisa yang muncul dari balik pintu.

“Iya, Kak. Saya adiknya,” jawab laki-laki itu.

“Sudah kabari Ririn? Kalau tidak salah, dia sedang ada kegiatan di sekolah dan baru pulang besok pagi.”

“Oh, begitu. Tidak apa-apa, Kak. Saya tunggu saja.”

Anisa pergi ke kamar mandi yang berada tepat di samping kamar Ririn. Di waktu yang sama, ibu kos telah kembali dengan membawakan kunci cadangan. Setelah menerima kunci, laki-laki itu langsung membuka pintu kamar dan masuk. Ia sangat terkejut melihat seisi ruangan berukuran empat kali lima meter itu tertata rapi. Hal yang membuatnya lebih terkejut adalah pajangan panda merah muda, yang diletakkannya tepat di dinding menghadap ke arah pertama kali pintu dibuka.

“Panda bucin itu__. Dia masih menyimpannya. Lalu, foto itu__. Sejak kapan dia menyimpan fotoku? Bahkan, dia tidak pernah mengatakannya. Hmm__.”

Laki-laki itu meraih handuk dan berusaha mengeringkan tubuhnya.

**

Lihat selengkapnya