Pengorbanan Cinta Sang Letnan

Uci Lurum
Chapter #7

Bersama#7

"Malam ini kamu milikku, sayang."

"Maas ...." suara Lara tercekat dengan nafas tersengal, dadanya turun naik. Napasnya seperti berhenti saat Rey mengukungnya. Selama pacaran baru kali ini mereka seranjang.

"Mas ingin menghabiskan malam ini dengan kamu sayang."

Tubuh Lara gemetar. Rey memposisikan Kedua tangan menopang tubuhnya. Sebelah tangannya mengusap wajah Lara, memyimpirkan anak rambut yang jatuh di dahi, perlahan mengecup dahi itu dengan kelembutan

"Mas sangat menyayangimu, tiap saat yang terbayang hanya wajahmu ...." ujung jarinya menyusuri setiap lekukan wajah Lara. 

Lara terpejam, dadanya seakan mau meledak merasakan sensasi yang baru dirasakannya. Kulitnya tiba-tiba menjadi sangat sensitif.

"Jagalah dirimu selama aku pergi. Jangan pernah singkirkan Mas dari hatimu," kata-kata Rey terdengar begitu lembut dan menghanyutkan.

Rey menunduk menyusuri wajah Lara dengan kecupannya.

Mengulum dengan penuh rasa sayang.

Rey menyesap meninggalkan jejak di sana. Turun hingga ke dadanya, tangannya mulai bergerilya pada sesuatu dibalik baju Lara.

"Maass .... " suara Lara parau hampir tak terdengar. Rey melepas pagutannya menatap kedua netra di bawah kungkungannya. Gadis itu menatap wajah lelakinya yang tak seperti biasanya.

Dapat Lara rasakan hembusan napas Rey terasa hangat membelai wajahnya.

Rey kembali memulai aksinya. Mereka semakin terbakar oleh gelora yang mereka ciptakan, namun tiba-tiba Rey menggulingkan tubuhnya ke samping, saat merasakan hasratnya menuntut lebih. 

"Huhh," dihempaskan udara yang menyesakkan, dadanya turun naik dengan deru napas yang tersengal-sengal. 

Perlahan menoleh ke samping menatap gadis yang begitu disayanginya, sedang terpejam. Dapat didengar deru napas gadis itu. Rey menggenggam tangannya.

"Aku akan tetap menjagamu, tak akan Mas lukai harga dirimu dengan melakukan hal yang tak pantas padamu. Maaf ... tadi hampir hilang kendali." Dikecupnya jemari dalam genggaman tangannya.

Lara mengeratkan genggaman, namun jemari-jemari itu seperti tak berdaya seperti jely, tak memiliki kekuatan apa apa. Bukan hanya jemarinya saja seluruh tubuhnya terasa tak bertulang. Memalingkan wajahnya memberikan senyum yang paling indah pada lelaki yang begitu dicintainya.

"Mas boleh mandi?"

"Nngg?"

"Gerah, Mas boleh mandi?" Rey ingin memadamkan hasrat yang sudah membangkitkan sesuatu di dalam dirinya.

Lara menggangguk, dengan segera Rey menuju kamar mandi yang berada dalam kamar itu. Melepas semua benang yang melekat pada tubuhnya.

Rey menengadah di bawah kucuran air, tubuhnya yang terasa memanas karena gairah, seketika terasa sejuk. Memadamkan gelora yang sejak tadi membakarnya. Ketukan di pintu terdengar, di saat bersamaan Rey sudah selesai mandi.

"Mas ...."

"Yah?"

"Handuknya."

"Ada kok, ini udah Mas pakai," bisik Rey dari dalam takut kedengaran dari luar kamar.

Lihat selengkapnya