Penjelajah Waktu

Varenyni
Chapter #7

7. Hilang

Tidak ada yang menginginkan hari itu terjadi. Namun, mau bagaimana lagi? Sudah menjadi suratan takdir.

Theo masih menggeliat di tempat tidurnya, menarik selimut, merenggangkan otot-ototnya. Entah kenapa hari ini hatinya merasa tidak enak, apakah akan terjadi sesuatu yang buruk hari ini?

Matahari perlahan merangkak keluar, sinarnya menembus jendela Theo. Dia bangun, duduk, mengernyitkan mata karena silau cahaya matahari yang mengenai iris matanya.

Dengan cepat Theo menyambar handuk merahnya, segera melesat ke kamar mandi. Dia harus bergegas, atau kalau tidak, dia akan dihukum dan mendapat poin pelanggran karena terlambat datang ke sekolah.

***

Theo melesatkan motornya secepat yang dia bisa, mau bagaimana lagi? Terlambat kini menjadi kebiasaan buruknya yang perlu dihilangkan.

Hoodie kelabu pemberian Raini berkibar-kibar terkena terpaan angin. Dia senang sekali bisa memakai jaket itu.

Theo mengurangi kecepatan sepeda motornya, sejauh mata memandang, terlihat jejeran mobil dan sepeda motor. Macet.

Theo mendesis jengkel, kenapa terjadi di saat seperti ini? Tidak tepat. Theo mengerem motornya mendadak, karena tiba-tiba saja barisan makhluk-makhluk yang terjebak macet berhenti mendadak. Seperti bensin yang menjadi energi mereka tersedot habis.

Theo mengayunkan kakinya, mendorong motornya, tidak memungkinkan untuk menghidupkan mesin motor, berjalan satu inci saja sangat sulit. Tersedat-sedat, jadi apa gunanya menyalakan mesin motor?

Setelah berjuang setengah mati untuk maju---walau satu demi satu inci---Theo akhirnya bisa lolos dari macet itu.

Tapi, apakah lantas dia bahagia? Jawabannya tidak.

Semula dia merasa bahagia karena terbebas dari macet, tersenyum bangga karena dia baru saja membuat rekor baru, lolos dari macet dengan waktu ke singkat itu.

Dalam sekejap, kebahagiaan itu hilang, seperti pasir yang digenggamnya, tersiram air. Hangus. Tidak ada yang tersisa.

Sekarang Theo tahu penyebab kemacetan. Tidak lain dan tidak bukan karena terjadi sebuah kecelakaan. Seorang murid perempuan yang membawa sepeda motor tertabrak sebuah truk yang bermuatan semen.

Theo menghentikan motornya, diam membeku menatap darah yang berlinang, tangan yang terkulai lemas, tubuh dipenuhi bercak darah.

Siapa dia?

Lihat selengkapnya