Penjelajah Waktu

Varenyni
Chapter #12

12. Bayaran yang Mahal

Tidak semua orang yang berparas rupawan itu baik, terkadang mereka menyembunyikan kejahatannya di balik wajahnya yang sok-polos.

“Hei, Theo!” Seseorang tiba-tiba berseru di samping Theo, sehingga anak itu terlonjak kaget, jatuh dari ranjangnya.

Theo melirik sinis anak berambut pirang itu. “Tidak bisakah kau tidak mengagetkanku? Tidak bisakah kau bangunkan saja si Roy itu?” tanyanya, tidak terima.

Pemuda itu hanya bisa terkekeh, dia menggaruk tengkuknya, kacamatanya yang kemarin dilepas, membuatnya semakin terlihat bertampang polos.

“Baiklah, aku meminta maaf. Bisakah kau bangunkan Roy dan teman perempuannya? Setelah itu turunlah, Mamaku sudah menunggu kalian di bawah untuk sarapan,” ujar Lyan, lantas melangkah keluar kamar.

“Eh, tunggu. Kenapa tidak kau bangunkan sendiri si Mely? Aku yang membangunkan Roy, kau membangunkan Mely. Jadi lebih cepat ‘kan?” Theo menawar, memberikan opsi lain.

Lyan menggeleng. “Aku tidak berani ke kamar perempuan.”

Theo menghela napas, baiklah. Dia mendekat ke tempat tidur Roy. Menguncang-guncang bahunya, Roy hanya bergumam, menggeliat, tidak mengindahkan ucapan Theo.

“Hei, bangun! Lihatlah siapa yang menunggumu di sana, J.K. Rowling!” Jangan percaya, itu dusta, Theo tahu, Roy sangat menyukai penulis itu, dia bermimpi agar suatu saat bertemu dengan penulis itu.

“Hah!? Di mana? Di mana dia?” Roy meloncat, mengedarkan pandangannya.

Theo menahan tawanya agar tidak keluar, Lyan yang berada di ambang pintu hanya bisa mengerutkan dahi, bingung. Siapa J.K. Rowling?

Roy sekarang paham, Theo hanya membohonginya, dia mendengus kesal, meantap Theo sinis. “Dasar kau!”

“Hei, kenapa kalian berisik sekali? Apakah ada sesuatu yang seru?” Seseorang menyahut dari luar, dia Mely yang sudah berpakaian rapi.

Lyan menoleh, wajahnya tampak gusar. “Maaf aku harus pergi dulu, Papa sudah memanggilku, permisi.” Dia dengan cepat berlalu.

Theo menyadari sesuatu, kenapa Lyan seperti menghindari Mely? Bukan hanya Mely tapi dengan semua perempuan di kota ini. Dan kenapa juga perempuan di kota ini menghindari pemuda yang lainnya?

***

Theo memainkan kakinya, menatap langit yang cerah. Bertanya-tanya dalam hati, inikah langit masa depan? Langit yang dipenuhi mobil-mobil yang bisa terbang. Inikah orang-orang masa depan? Inikah rumah masa depan?

Setelah selesai makan, Theo pergi ke taman rumah Lyan, menikmati pagi.

Mr. Lim—ayahnya Lyan—juga bersedia membantu Theo, dia telah membuatkan markas untuk Theo di hutan, tepatnya di tempat Kapsul itu jatuh, tidak mungkin ‘kan Theo harus mendorong alat berat itu ke rumah Mr. Lim?

Lyan menceritakan setelah makan, keluarganya berasal dari keturunan Inggris. Bahkan semua orang yang berada di kota metropolitan ini berasal dari suku bangsa yang berbeda-beda.

“Bagaimana bisa satu kota berisi orang-orang yang berbeda negara?” Theo bertanya saat itu.

Lyan hanya mengedikkan bahu. “Aku sendiri tidak tahu, sejak aku dilahirkan sudah begitu. Mungkin karena orang-orang masa lalu, mungkin saat itu terjadi peperangan, atau terjadi bencana yang besar dan memporak-porandakan berbagai negara. Jadi mereka memilih tempat tinggal di kota yang aman, di sini. Hidup rukun walau berbeda-beda suku. Itu cuma pendapatku, aku tidak terlalu mendengarkan saat pelajaran Sejarah,” jawab Lyan waktu itu.

“Theo, markasmu sudah selesai dibangun, kau bisa memulai memperbaiki alatmu!” seru Mr. Lim saat Theo dan Lyan asik berbicang.

“Eh? Cepat sekali? Belum sampai enam jam?” Theo mengerutkan dahi.

“Jangan bingung. Pasti Papa memerintahkan robot-robot terbaiknya untuk membangun tempat itu, robot pekerja memang paling cepat menyelesaikan pekerjaanya.” Lyan menjawab kebingungan Theo.

Lihat selengkapnya